Ketika Tuhan memanggilmu ke Pangkuan Nya datang dan dekaplah dalam hati nuranimu

Minggu, 20 Februari 2011

Fenomena Angka 1 - 10


Setiap bangsa, negara dan daerah pasti memiliki penyebutan sendiri untuk angka-angka dari satu, dua sampai dengan sepuluh. Empat adalah penyebutan kita bangsa Indonesia untuk simbol angka 4. Di negara lain menyebutnya Four (inggris), vier (jerman), quattro (itali), dan sebagainya.
Ternyata angka atau bilangan dengan menggunakan bahasa Indonesia memiliki struktur atau pola yang unik dan mungkin tidak akan ditemukan di bangsa lain. Hanya di Indonesia. Itulah Fenomena Angka Indonesia.

Bahkan untuk bahasa daerah di Indonesia, setiap daerah menyebutkan angka-angka yang sebagian ada yang sama dengan bahasa Indonesia, ada pula yang berbeda penyebutan dalam bahasa daerahnya masing-masing. Misal Angka 4 di jawa tengah disebut Papat, di Jawa Barat di sebut Opat, di Sumatra Barat disebut Ampek, dan seterusnya.

Perhatikan deret angka 1 - 10 dibawah ini :

1 = Satu
2 = Dua
3 = Tiga
4 = Empat
5 = Lima
6 = Enam
7 = Tujuh
8 = Delapan
9 = Sembilan



Ternyata setiap bilangan mempunyai saudara ditandai dengan huruf awal yang sama. Bila kedua saudara ini dijumlahkan angkanya, maka hasilnya pasti sepuluh. Contohnya Satu dan Sembilan. Mempunyai huruf awal yaitu S dan bila djiumlahkan satu dan sembilan hasilnya adalah sepuluh. Tujuh dan Tiga, hasil penjumlahan adalah 10, dan seterusnya, kecuali angka Lima yang tidak memiliki saudara, tetapi, jika 5 + 5 = ???

Fenomena Angka Indonesia lainnya adalah ternyata huruf awal penyebutan Angka juga punya peranan penting terbentuknya bilangan itu. Misalnya Satu dan Sembilan sama-sama huruf awalnya adalah S yang secara kebetulan berada pada urutan 19 dalam alpabet. Bila angka satu dan sembilan dijumlahkan kemudian dibagi dua untuk mencari rata-ratanya maka hasilnya adalah 5. Bentuk angka 5 sangat identik dengan huruf S. Yang pernah membaca Matematika Alam Semesta, perlu ditambahkan bahwa 19 adalah angka TUHAN.

Kemudian Dua dan Delapan. Huruf awalnya adalah D yang urutan keempat. Bila delapan dibagi dua maka hasilnya adalah empat (pembenaran).

Selanjutnya Empat dan Enam. Huruf awalnya adalah E yang urutan kelima. Lima berada diantara Empat dan Enam (pembenaran lagi).

Sedangkan angka Lima huruf awalnya adalah L. Dimana L digunakan untuk simbol angka lima puluh dalam perhitungan Romawi (pembenaran yang masih nyambung).

Lalu bagaimana dengan Tiga dan Tujuh? Ternyata susah cari pembenarannya. Ditambah, dikurang, dibagi dan dikali ternyata belum juga ketemu. Tiga dikali tujuh hasilnya 21, kurang satu angka dengan huruf T yang urutan ke 20. Tapi simbol V digunakan untuk menunjukkan angka tujuh dalam perhitungan Arabic. Dan V diurutan ke-22.

Ternyata, tidak pakai matematika. Cukup ditulis saja di kertas kosong kemudian pasti bisa ketemu hubungannya. Coba tulis huruf T kecil (t) di sebuah kertas. Kemudian putar kertasnya 180 derajat maka anda bisa melihat angka tujuh dengan jelas. Lalu bagaimana dengan angka tiga? Juga sama. Tulis huruf T besar di kertas pakai font Times New Roman kemudian putar 90 derajat ke kanan searah jarum jam. Tada…. Anda pasti bisa lihat angka tiga dengan jelas. Tapi sedikit mancung. (pembenaran yang juga dipaksakan sekali).

Pola unik ini mungkin hanya bisa ditemukan di Indonesia. Lalu bagaimana dengan di Malaysia yang juga memakai bahasa yang sama? Ternyata di Malaysia angka 8 tidak disebut sebagai Delapan tapi Lapan. Jadi pola ini hanya milik Indonesia. Jangan sampai diklaim juga sama mereka.

Mohon artikel ini jangan dipandang serius, karena penjelasan diatas sebenarnya "pemaksaan pembenaran" saja, dan penilaian pola-polanya juga tidak seragam. Itulah Indonesia dengan segala kreatifitasnya, menghubungkan segala sesuatu menjadi mungkin dan logis.


Read more: Fenomena Angka 1 - 10 :: Dudi Oke http://www.dudioke.co.cc/2010/12/fenomena-angka-1-10.html#ixzz1EZlmSQxv

0 comments:

Followers