Senin, 07 Maret 2011
Terapi Tanpa Busana ala Psikolog Cantik
VIVAnews - Sarah White menolak dikata wanita penggoda. Namun sebagai psikolog, ia merasa boleh menggunakan metode terapi tanpa busana demi mengorek permasalahan yang dihadapi pasiennya.
Wanita cantik 24 tahun itu tidak malu melepaskan helai demi helai busananya selama sesi terapi. Ia melakukannya agar para pasien yang mayoritas pria merasa nyaman.
Ia percaya cara ini membuatnya lebih mudah mengupas semua informasi tanpa disadari pasiennya. "Selama sesi terapi, saya menggunakan kekuatan gairah seksual," ujarnya seperti dikutip oleh laman Daily Mail.
Sarah mengatakan, membiarkan pasien melihat tubuh pribadinya merupakan salah satu trik untuk mendapatkan kepercayaan pasien. Bahwa tidak ada hal yang perlu ditutupi. Ini juga membantu pria lebih fokus, lebih dapat melihat ke dalam dirinya, serta lebih terbuka.
Untuk menggunakan jasanya, pasien harus membuat janji melalui websitenya sarahwhitelive.com. Sesi awal terapi seharga US$150 ini berupa pembicaraan lewat webcam satu arah dan chatting. Baru setelah menjalin komunikasi intens, ia mengajak pasien memasuki sesi berikutnya menggunakan Skype secara dua arah.
Kepada New York Daily News, Sarah mengatakan bahwa caranya diharap dapat menarik pria tak sungkan melakukan terapi psikologis, "Untuk pria khususnya, mereka kurang suka pergi ke terapis dibandingkan wanita. Dan bagi mereka, cara saya lebih menarik, membujuk, menyenangkan, dan lebih menginspirasi untuk terapi."
Sejauh ini, Sarah telah menangani 30 pasien yang terdiri dari mahasiswa dengan masalah seksual, pria dewasa dengan masalah rumah tangga, hingga wanita yang menyukai perbincangan tanpa menggunakan busana.
Walau mendapatkan banyak pasien, bisnisnya menuai banyak kritik, terutama dari asosiasi kesehatan mental. Selain tak mengantongi izin dari asosiasi tersebut, dia rupanya bukan terapis yang memiliki sertifikat.
Diana Kirschner, salah satu psikolog yang bekerja di sebuah klinik di New York, menilai aktivitas Sarah hanya kedok. "Dia menggunakan kata terapi untuk bisnisnya, namun saya menganggap hal tersebut bukanlah terapi. Saya beranggapan bisnisnya itu adalah media porno via internet dengan pendekatan yang lebih halus," ujar Diana.
Dia menambahkan, interaksi seksual dalam bentuk apapun anatara pasien dan terapis adalah hal yang melanggar kode etik yang disepakati American Psychoanalytic Association, organisasi psikolog terbesar dan tertua di negara tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar