Oleh : Ahmad Muqoddam
Suatu ketika malaikat Jibril dalam rupa seorang manusia datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabat untuk mengajarkan tentang pokok-pokok ajaran agama, yaitu Islam, Iman dan Ihsan. (HR. Muslim).
Hadits tersebut kemudian dikenal dengan Hadits Jibril, sebuah hadits yang dipandang oleh para ulama mempunyai posisi yang sangat penting, karena mencakup semua amal baik lahir maupun batin serta menjadi referensi ajaran Islam.
Islam
Dalam hadits tersebut, Islam dijelaskan dengan penjabaran lima rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji.
Syahadat merupakan kesaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Shalat merupakan bentuk hubungan vertikal secara langsung antara hamba dengan Sang Khalik. Zakat adalah wujud kepedulian sosial terhaadap sesama manusia. Puasa merupakan ujian melawan hawa nafsu. Dan haji adalah ajang mempererat ukhuwah islamiyah dengan sesama saudara muslim dari seluruh dunia.
Kelima rukun tersebut merupakan amal lahiriah sebagai perwujudan dari makna Islam itu sendiri, yaitu kepasrahan diri secara total kepada Allah. Artinya, kepasrahan sebagai makna Islam tidak hanya disimpan dalam hati, melainkan diwujudkan lewat perbuatan nyata yaitu kelima rukun Islam tersebut.
Iman
Iman adalah keyakinan dalam hati yang diucapkan oleh lisan dan diwujudkan dalam amal perbuatan.
Keyakinan tersebut meliputi enam rukun iman, yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab, nabi dan rasul, hari akhir, qadla dan qadar.
Keenam rukun iman tersebut adalah bentuk amal batiniah sebagai wujud pengakuan hati manusia terhadap kebesaran Allah, yang nantinya akan mempengaruhi segala aktifitas yang dilakukan. Manusia adalah makhluk dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada. Keimanan akan membawa manusia ke titik penyadaran diri sebagai hamba Allah yang tunduk di bawah kekuasaan Allah.
Ketika keyakinan terhadap keenam rukun tersebut sudah tertanam dalam hati, maka tentu kita akan berusaha untuk menjalani kehidupan sesuai dengan koridor hukum Allah yang pada akhirnya akan membawa ke arah kehidupan yang berkualitas.
Ihsan
Ihsan adalah cara bagaimana seharusnya kita beribadah kepada Allah. Rasulullah mengajarkan agar ibadah kita dilakukan dengan cara seolah kita berhadapan secara langsung dengan Allah. Cara ini akan membawa ibadah kita ke maqam (tingkat) yang lebih dekat kepada Allah dengan perasaan penuh harap, takut, khusyu’, ridlo dan ikhlas kepada Allah. Perasaan tersebut menjadikan ibadah yang kita lakukan tidak hanya sekadar menjadi kewajiban, tetapi merupakan kebutuhan jiwa dalam penghambaan diri kepada Allah.
Jika cara tersebut belum bisa kita lakukan, maka ibadah kita lakukan dengan keyakinkan bahwa Allah pasti melihat dan mengetahui semua yang kita lakukan. Dengan demikian, tentu kita akan berusaha semaksimal mungkin dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah.
Hubungan
Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.
Untuk mempelajari ketiga pokok ajaran agama tersebut, para ulama mengelompokkannya lewat tiga cabang ilmu pengetahuan. Rukun Islam berupa praktek amal lahiriah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu ilmu mengenai perbuatan amal lahiriah manusia sebagai hamba Allah. Iman dipelajari melalui ilmu Tauhid (teologi) yang menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan. Sedangkan untuk mempelajari ihsan sebagai tata cara beribadah adalah bagian dari ilmu Tasawuf.[]
Diambil dari Bulletin Syubban Edisi 1
0 comments:
Posting Komentar