Dasar sikap jama’ah
Setiap perkumpulan atau jama’ah pasti mempunyai sikap dasar yang harus dimengerti oleh anggotanya. Perlunya agar ketika mereka melangkah, senantiasa tetap dalam frame asas yang dianut. Jika saja suatu organisasi tidak mempunyai tata laksana yang jelas maka besar kemungkinan akan timbul sikap keterlepasan kontrol pada perilaku beberapa individunya. Untuk itu dibawah ini kami sampaikan beberapa dasar sikap dari jama’ah thariqah As-Syadziliyyah.
1. Iltizamut Taqwa Bi Tarkil Muharramat (Menekankan ketakwaan dengan cara meninggalkan perkara – perkara yang dilarang oleh syar’i).
Jama’ah As-Syadziliyyah harus dapat menjaga kewajiban – kewajiban syar’i dengan cara jangan sampai melakukan perbuatan yang melebihi batas serta dapat merusak ibadahnya sendiri. Misalnya saja dengan cara tidak melakukan tindakan suka memaki orang lain serta dengki terhadap selainnya. Karena dua perbuatan itu bersifat merusak. Dan kedua perbuatan tersebut juga jelas – jelas dilarang oleh syar’i. Sikapnya senantiasa ingin terhadap kesungguhan bersama Allah Swt dalam setiap perbuatannya. Syadziliyyin harus mementingkan lebih banyak hal – hal yang tidak dianggap jelek dari sisi kemanusiaan daripada hal – hal yang dianggap negative. Karena langkah yang demkian bagi As-Syadziliyyah tidak akan dapat dilakukan oleh seseorang terkecuali orang tersebut memiliki rasa khaufullah (takut terhadap Allah Swt).
2. Al-‘Amal Bil Asbab (Bekerja dengan beberapa sebab).
Memiliki pekerjaan jelas yang dapat menyempurnakan ketakwaan serta melanggengkannya. Itulah maksudnya. Jadi pekerjaan – pekerjaan yang nampak jelas kesyubhatannya harus dijauhi. Karena pekerjaan yang demikian (nampak kesyubhatannya) tidak akan dapat membawa serta menambah pada derajat ketakwaan seseorang.
3. At-Tayaqudz Limawaridil Asyyai Wa Mashadiriha (Bangkit untuk menunjukkan jalannya berbagai urusan serta sumber – sumbernya).
Syadziliyin harus hidup proaktif terhadap berbagai persoalan hidup. Karena Allah Swt tidak menyukai sikap Amqat (Klemah – klemeh)
4. Suhbatu Ahlil Ma’rifah Wal ‘Ilmi (Bersahabat dengan ahli ma’rifat dan ahli ilmu).
Ahlul Ma’rifat dan Ahlul ‘Ilmi menurut pandangan As-Syadziliyyah dapat melihat beberapa hal yang menjadi kekurangan kita. Dan mereka juga dapat menunjukkan kita kepada jalan menuju Allah Swt yang benar.
5. Mujanabatu Ahlil Ghirrah Wal Aghraz (Menjauhi orang – orang yang suka pada kelengahan dan pembangkangan).
Jama’ah As-Syadziliyah tidak diperkenankan bergaul akrab dengan orang – orang yang tidak mendorong bangkitnya semangat baik tindakan atau ucapan – ucapannya kepada jalan Allah Swt. Pergaulan itu dapat membawa karakter seseorang. Jika salah dalam pergaulan maka dapat saja seseorang berada dalam karakter yang salah.
6. Iltizamul Adab (Menekankan budi pekerti yang baik)
Tashawwuf semuanya adalah adab. Setiap waktu itu ada adabnya. Dan setiap hal itu juga mempunyai adab. Maka barangsiapa yang membiasakan diri dengan adab, dia akan sampai pada derajat Rijal.
7. I’thaul Auqat Haqqaha (Menggunakan waktu pada tempatnya)
Pemanfaatan waktu bagi As-Syadziliyyah dianggap amat penting. Karena waktu itu berjalan. Dan jika telah berlalu maka akan menjadi sulit untuk mengejarnya. As-Syadiliyah tidak respect terhadap perilaku mensia – siakan waktu.
8. Tarkut Takalluf Fil Harakat (Meninggalkan pemaksaan diri dalam setiap gerakan)
Janganlah berlebih – lebihan dalam setiap urusan, sehingga sampai memaksakan diri dengan melebihi kemampuan. Karena takalluf itu dapat membawa hasil yang kurang baik.
Demikianlah sekilas uraian belajar tasawuf dengan thariqah. Sebenarnya masih banyak hal yang perlu diketahui. Akan tetapi karena keterbatasan waktu dan ruang maka untuk sementara kita sudahi dahulu sampai disini. Insyaallah pada lain kesempatan akan kita sambung dengan pembahasan sub – sub materi dalam thariqah.
Penulis : Afifuddin bin Al-Hasani, Pengasuh Thariqah As-Syadziliyyah Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu
0 comments:
Posting Komentar