Buka mata buka telinga
Tidak usah,tak di buka jua sudah terbuka dengan sendirinya
Tak ada usahaku menutup mata
Tak pernah sengajaku menutup telinga
Dengan mereka ku melihat,ku mendengar
Tapi hati ini hanya diam,tak bicara
Enggan mengangkat kata
Tak mau melontarkannya dalam koran berita
Apa lagi di halaman muka sastra, ah… terlalu mengada ada
Dari kata yang meronta hanya kata biasa dan sederhana
Membuka muka,,, eh salah…harusnya
Belah wajah,mengalir darah,mencuat otak..
Memberontak bersamanya semua serempak..
Dasar… sastra edan… tak beraluran… main enaknya saja
Tak heran… karena di tulis edan… dengan penulisnya jua edan
Oi,,, sastrawan edan jangan sembarangan,sudah edan ya?
Kenapa edan.. kenapa datang edan…
Tak hilangkah kau dengan ketiadaan… kenapa datang edan
Melekatnya bersama kehidupan,bersekutu kezaliman
Bersembunyi di kursi kekuasaan
Dari panggungnya mencuat keras kata kata persamaan
Persamaan…paersamaan… tak lebih dari arti perpecahan
Menghapus semboyan ke BHINEKA TUNGGAL IKAan…
Meski edan ku tak lupa.. itu modal kemerdekaan
Masih kurang….. menjerit histeris kata perdamaian
Damai… damai..,dari kerasnya membuah ketakutan
Tak di deklarasikanpun semua orang menginginkan
Damai… damai… dari jalannya menempuh yang berlawanan
Dari semangatnya mencipta peperangan
Kalah pelangi dengan warna edan
Tak ada lagi mentari pagi.. kalahnya dengan kebringasan pandangan edan
Melepuhnya kehidupan berakar dari kepemimpinan edan
Sekarang ku tak lagi heran… ku hidup di peradaban zaman edan
Enggan menyimpan kata kata edan dalam dompet,pengganti isi dalamnya
Kalau ku simpan kata kata edan di dalamnya,hilang seluruh isinya
Uangku,,, atmku,,, mungkin ktp dan foto keluargaku lenyap di makan edan
Dasar edan…
0 comments:
Posting Komentar