Ketika Tuhan memanggilmu ke Pangkuan Nya datang dan dekaplah dalam hati nuranimu

Kamis, 16 Maret 2017

Uzlah dan Uzlah Hati | Suluk

## UZLAH  : menyendiri dalam urusan sendiri sekalipun berada bersama orang lain. Bukan semata- mata menjauhkan diri dan tempat. Hendaknya dapat menyendiri dalam hati walaupun jasadnya bergaul dengan orang-orang lain  Uzlah dari manusia adalah dengan jalan tidak mencampuri, tidak ikut, dan tidak memasuki urusan-urusan mereka. Adapun dapat bersama mereka dalam mengerjakan Jum’ah, berjamaah, dan memperbanyak syiar Islam.

Ibrahim bin Adham mengatakan : “Menyendirilah engkau sambil berkumpul. Sambil merasa tenteram dengan Tuhanmu. Namun merasa kesepian dengan manusia.”

Wajib engkau mengasingkan diri dari makhluk itu. Adapun yang mewajibkan engkau mengasingkan diri dari makhluk itu karena dua perkara.

PERTAMA : karena kebanyakan makhluk itu memalingkan engkau dari beribadah dengan memasukkan kebingungan-kebingungan di hatimu dan sebagainya.

Seperti yang telah dihikayatkan oleh seorang ulama. Beliau berkata : “Aku telah menemui sekumpulan orang-orang yang sedang main panahan. Di antara mereka ada seorang yang duduk menyendiri jauh dari kawan-kawannya. Maka aku ingin berbincang-bincang dengannya. Tapi dia mengatakan bahwa dzikir kepada Allah lebih baik daripada berbincang-bincang denganku.”

“Engkau menyendiri dan terpisah dari orang-orang yang lain”, kataku.

“Ah, tidak. Aku tidak sendiri. Aku bersama Tuhanku dan beserta kedua Malaikat yang di kiri kananku”, jawabnya.

“Siapakah yang menang di antara mereka?”.

“Yang mendapatkan ampunan Allah Swt”.

“Mana jalan yang menuju ke sana?”.

Dia mengarahkan tangannya ke atas, lalu berdiri dan pergi meninggalkan aku sambil berkata :”Ya Allah, kebanyakan makhluk itu memalingkan aku dari-Mu”.

Jika demikian, maka sebagian besar dari makhluk itu membimbangkanmu untuk beribadah. Bahkan terkadang menghalangimu dan membawamu ke jalan kejahatan dan kebinasaan. Karena kebanyakan mereka itu tidak mengetahui hak-hak ketuhanan, tapi hanya mengetahui hak-hak kehambaan. Dan hanya mengetahui lahirnya kehidupan dunia saja. Untuk akhirat, mereka lalai tidak memikirkannya.

Sesuai dengan ada yang dikatakan oleh Hatim Al ‘Ashom rahimahullah : “Aku minta dari makhluk lima perkara, namun aku tidak mendapatkannya.

“Aku minta mereka supaya mereka taat dan zuhud, tapi mereka tidak mau mengerjakannya.

“Aku minta supaya mereka menolongku dalam taat dan zuhud, mereka juga tidak mau.

“Aku minta agar mereka ridha jika aku taat dan zuhud, malahan mereka membenciku.

“Aku minta supaya mereka jangan menggangguku dalam menjalankan taat dan zuhud, tapi mereka menghalangiku dari taat dan zuhud.

“Aku minta supaya mereka jangan mengajak aku kepada jalan yang tidak diridhai oleh Allah dan jangan memusuhi aku jika tidak mengikuti mereka. Tapi mereka tidak mau demikian.

“Oleh karena itu, aku tinggalkan saja mereka dan aku khususkan mengurus diriku sendiri”.

** Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin Amr bin al’Ash r.a, beliau berkata : “Di kala kami berkumpul di hadapan Rasulullah Saw dan diceritakan tentang adanya godaan-godaan (fitnah), maka Nabi Saw bersabda :’Di mana kamu telah melihat manusia merusak janjinya, dan sedikit amanatnya. Dan mereka sudah menjadi demikian’. Nabi Saw kemudian memberi isyarat seraya menjalinkan jari-jari tangannya, sebagai isyarat campur aduknya kebaikan dan kejahatan).

“Aku bertanya : ‘Jika sudah demikian, kami harus bagaimana ya Rasulullah?’

“Jawab Rasulullah : ‘Maka kamu harus menetap di rumah. Kuasai lidahmu. Ambillah apa yang kau ketahui baik, dan tinggalkan apa yang tidak engkau kenal. Dan perbaiki khusus dirimu serta tinggalkan urusan umum”.(Hadits shahih)

[Kuasai lidahmu : lihat catatan berjudul Adab Suluk | Bicara dan Adab Suluk | Tidak Bersenda gurau ]

** Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah Saw telah mengatakan tentang zaman fitnah.

Ibnu Mas’ud bertanya kepada Rasulullah Saw : “Apakah itu?”

Sabda Rasulullah Saw : “Ialah bila seseorang sudah tidak merasa aman dari kejahatan temannya sendiri, apalagi dari orang lain”.

** Dari Sofyan bin ‘Uyainah yang mengatakan sebagai berikut : “Saya telah katakan kepada Tsauri : ‘Berilah saya wasiat’.

“Jawabnya : ‘Kurangi pergaulanmu dengan orang lain!’

“Kata saya : ‘Bukankah telah diterangkan dalam hadits bahwa kita disuruh banyak berkenalan seperti bunyi hadits yang diterangkan Hakim dari Sayyidina Anas r.a : ‘Perbanyaklah berkenalan dengan orang-orang mukmin, karena bagi tiap mukmin ada syafaat nanti di hari Qiyamah’.

“Jawab Ats-Tsaury : “Ya, tapi engkau tidak akan menemui kekecewaan kecuali dari orang-orang yang engkau kenal”.

** Kata Ibnu Uyainah bahwa pada pintu rumah Ats-Tsaury ada tulisan : Terima kasih, semoga Allah membalas kebaikan kepada orang-orang yang tidak kami kenal. Tapi terima kasih ini tidak kami ucapkan pada teman-teman kami. Lantaran gangguan-gangguan itu sering datangnya dari mereka.

** Dari Abu Ubaidah : “Aku belum pernah melihat seorang yang bijaksana melainkan pada akhir katanya mengucapkan ‘Jika kau menyukai agar dirimu tidak terkenal di antara manusia, maka kau akan mendapat kedudukan yang tinggi dari Allah’.

Rasulullah Saw menyampaikan kata-kata Allah Swt : “Terbanyak para muqarrabun adalah mereka yang rendah hati, merasakan kesenangan dalam shalat, memuja Tuhannya dalam jalan yang Ku-suka, dan mentaati-Ku dengan cara tersembunyi dan terang-terangan. MEREKA TERSEMBUNYI, TIDAK DIKETAHUI BANYAK ORANG. Mereka tidak selalu ditunjuki Allah. Mereka puas dengan apa yang sedikit. Mereka bersabar dalam menerima dan menghadapi ujian. Rasulullah Saw memberikan pernyataan tentang para muqarrabun tersebut : “Kematian mendatangi mereka dalam usia muda, sedikit yang akan menangisi mereka, dan mereka memiliki keturunan yang sedikit”.(HR. Abu Umama r.a)

(* Catatan mengenai “Tidak Terkenal” dalam dilihat pada tulisan berjudul : Adab Suluk | Tidak Mencari Ketenaran );

KEDUA : Hal yang mendorong kepada uzlah ialah karena manusia itu kebanyakan dapat merusak ibadah yang engkau telah hasilkan dengan ajakan-ajakan yang menarik kepada riya dan hiasan jika tidak ada perlindungan dari Allah Swt.

Diceritakan bahwa Harim Ibnu Hayan berkata kepada Uwais Al-Qarni : “Ya Uwais, silahkan engkau datang bertamu dan berjumpa.” Jawab Uwais : “Aku sudah bersilaturahmi denganmu dengan jalan yang lebih bermanfaat dari keduanya itu, yaitu doa dari jauh. Karena bertamu dan berjumpa itu melahirkan hiasan dan riya.”

Jika seseorang tidak ingin ada hubungan dengan orang lain, maka jangan mencampuri salah satu urusan mereka apapun juga. Mulai dari urusan agama atau dunia.

Bergaul dengan masyarakat memerlukan dua perkara penting :

1] Kesabaran yang terus menerus atas segala penderitaan yang didapat dari pergaulan.

2] Hendaknya dapat menyendiri dalam hati walaupun jasadnya bergaul dengan orang-orang lain :

Jika mereka bicara dengan baik, hendaknya dibalas dengan setimpal. Jika mereka bertamu hendaknya dihormati menurut tingkatan dan disyukuri. Jika mereka diam dan berpaling, maka ambil faedah dari diamnya mereka. Jika mereka mengerjakan yang haq dan kebaikan, maka bantu mereka. Jika mereka mengerjakan hal-hal yang tidak berfaedah atau melakukan kejahatan,  jauhi mereka dan larang mereka jika sekiranya mereka menerima. Tunaikan hak-hak yang lazim untuk tetamu dan untuk berkunjung, tanpa meminta dan mengharapkan balasan dari mereka. Dan jangan memperlihatkan muka kecut terhadap mereka. Jika dapat, perbanyaklah menolong mereka. Jika mereka memberi hendaknya jangan bernafsu menerimanya. Dan hendaklah kuat menanggung akibat dari sikap mereka. Dan selalu menampakkan muka manis terhadap mereka. Dan menyembunyikan kebutuhan diri dari mereka.

“Jika engkau ingin mengikuti petunjuk dari para Imam,

maka kuatkanlah dirimu untuk menerima musibah-musibah.

Dengan jiwa yang hilim di waktu menghadapi tiap kepahitan.

Dan hati yang sabar terbentang dalam dada.

Lisanmu perlu dikunci.

Matamu dikendalikan.

Rahasiamu tersembunyi dan hanya dilihat oleh Tuhan saja.

Namamu jangan terkenal.

Pintumu ditutup. Mulutmu tersenyum. Perutmu lapar.

Hatimu luka. Pemasaranmu sepi. Pangkatmu dipendam.

Dan tiap hari menelan perasaan pahit dari pengaruh zaman dan teman. Sedangkan hatimu menurut.

Siangmu sibuk mengislahkan orang-orang tanpa membangkit-bangkit.

Malammu rindu kepada Tuhan. Sepi dari pandangan.

Ambillah kesempatan pada malam itu. Jadikanlah ia jalan dan persiapan untuk Hari Qiyamah yang saat itu sulit sekali mencari jalan.”

INGAT! Orang-orang yang uzlah mesti tetap bergaul dalam hal-hal kebaikan dan menjauhi dalam hal-hal yang lain karena di dalamnya terkandung beberapa bahaya.

** Yang memudahkan untuk ber-uzlah itu ada tiga macam :

1] Menghabiskan waktu dalam beribadah.

Sehingga engkau tidak menjadi asyik dengan makhluk di mana hal itu pertanda engkau pailit.

Jika engkau asyik beribadah sebagaimana mestinya, tentu akan merasakan manisnya ber-munajat kepada Allah. Dan engkau  akan merasa senang dan gembira sekali dengan Al-Qur’an atau kitab-kitab agama lainnya. Sehingga kesibukan itu akan memalingkan engkau dari makhluk.

2] Memutuskan hubungan dari manusia sama sekali.

Dalam arti kata, engkau tidak terikat. Karena setiap orang yang tidak engkau harapkan manfaat daripadanya dan tidak khawatir apa-apa olehnya, maka ada dan tiadanya sama saja.

3] Mengamat-amati akan bahaya yang disebabkan oleh makhluk.

Bahaya seperti pergunjingan, hasud, dengki, dan sebagainya.

** Bila bertamu kepada saudara-saudara seagama dan menghubungi sahabat-sahabat untuk saling bertemu dan saling memperingati, berlaku dua syarat :

1] Jangan berlebih-lebihan dan jangan sering-sering.

Rasulullah Saw bersabda,”Bertamulah engkau pada waktu tertentu saja, nanti akan bertambah cinta.”

2] Dalam bertamu perlu mematuhi yang haq. Dengan menjauhi riya, atau kelakuan yang dibuat-buat, atau berkata yang tidak karuan, bergunjing, dan sebagainya.

(* Sumber : Minhajul Abidin, Imam Al-Ghazali; Penerjemah : K.H. Abdullah bin Nuh);

## UZLAH HATI :

Ibnu Athaillah r.a mengingatkan bahwa yang dikehendaki adalah sebagian uzlah, bukan menjadikan uzlah sebagai jalan hidup sehingga seseorang menghindari masyarakat dan menjauhkan diri dari dunia. Sebab, fitrah manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial.

Tidak ada yang bisa memberikan manfaat kepada hati seperti uzlah, karena uzlah dapat membersihkan hati dari kelalaian. Uzlah bisa dilakukan dengan melibatkan hati dan tubuh, yaitu dengan menjauh dari makhluk.

Uzlah bisa dilakukan pula hanya dengan hati, yaitu tetap bergaul  dengan manusia sementara hati tetap bersama Allah. Karena itu ada ungkapan berbunyi : “Hendaklah lahiriahmu bersama makhluk, tetapi jiwamu bersama Allah.”

Uzlah yang dimaksud oleh Ibnu Athaillah r.a adalah uzlah dalam pengertian yang pertama. Sebab, hati biasanya hanya bisa menyendiri jika pemiliknya menjauh atau berada jauh dari makhluk.

| Manfaat uzlah bagi hati dengan menjauh dari manusia untuk bertafakur adalah seperti manfaat diet bagi kesehatan tubuh orang yang sakit. Keadaan hati juga seperti itu. Hati akan menjadi sehat dan bagus jika sesekali ia menjalani diet dengan menjauh dari makhluk sehingga terbebas dari lintasan pikiran, bisikan, dan kelalaian yang menguasai dirinya dan yang bisa menjadi sebab kematian hatinya. Hati menjadi lapang dan tubuh menjadi lebih tenang. Sebab, pergaulan dengan banyak orang bisa jadi akan membuat kita merasa lelah, bosan, penat, dan sering kali pikiran kita pun lelah karena banyak memperhatikan urusan manusia. Tubuh juga kerap merasa penat karena banyak berusaha memenuhi kebutuhan diri dan keinginan sebagian mereka. Meskipun apa yang kita lakukan untuk orang lain akan mendatangkan pahala untuk kita, tetapi kita juga kehilangan sesuatu yang lebih agung dan penting, yaitu menyatunya hati di hadapan Tuhan. |

Selama uzlah, hamba bisa membaca kitabullah, memikirkan untuk apakah selama ini usianya dihabiskan, merenungkan kelalaiannya kepada Tuhan, serta memikirkan seperti apakah tempat kembalinya di hari akhir. Jadi, uzlah tidak dijalani dengan melakukan sesuatu yang terlarang, misalnya merenungkan sesuatu yang haram atau membaca bacaan yang penuh dengan tipudaya dan khurafat.

Rasulullah Saw sendiri memberi kita contoh betapa beliau suka berkhalwat dan bertafakur demi mendapatkan pemahaman mengenai kaumnya dan juga alam semesta pada masanya. Secara lebih khusus, beliau banyak menyendiri menjelang Allah mengangkatnya sebagai Nabi dan Rasul. Beliau beribadah selama beberapa malam di Gua Hira hingga akhirnya turun wahyu dari Allah. Rasulullah Saw masih suka berkhalwat sesudah beliau diangkat sebagai nabi, yaitu ketika beliau diperintah mendirikan shalat malam.[]

* Sumber : Taj al-Arus al-Hawi li Tahdzib al-Nufus, 2011; (Tajul Arus, 2013)

0 comments:

Followers