Ketika Tuhan memanggilmu ke Pangkuan Nya datang dan dekaplah dalam hati nuranimu

Rabu, 04 Mei 2011

Saat Malam Pertama Pun Tiba


Satu hal sebagai bahan renungan kita…

Tuk merenungkan indahnya malam pertama

Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawi semata

Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam dan Hawa

Justru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Maut!

Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara

Hari itu…mempelai sangat dimanjakan Mandi…

harus pula dimandikan Seluruh badan kita terbuka….

Tak ada sehelai benang pun menutupinya..

Tak ada sedikit pun rasa malu…

Seluruh badan digosok dan dibersihkan

Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan

Bahkan lubang-lubang itupun ditutupi kapas putih…

Itulah sosok kita…. Itulah jasad kita saat itu Setelah dimandikan…,

Kita pun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih Kain itu …jarang orang memakainya..

Karena bermerk sangat terkenal bernama Kafan

Wewangian ditaburkan ke baju kita…

Bagian kepala..,badan…, dan kaki diikatkan Tataplah….

tataplah…itulah wajah kita Keranda pelaminan…

Langsung disiapkan Pengantin bersanding sendirian…

Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga

Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul kita

Diiringi langkah gontai seluruh keluarga Serta rasa haru para handai taulan

Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah kudus Akad nikahnya bacaan talkin…

Berwalikan liang lahat.. Saksi-saksinya nisan-nisan..

yang telah tiba duluan Siraman air mawar..pengantar akhir kerinduan dan akhirnya…..

Tiba masa pengantin.. Menunggu dan ditinggal sendirian…

Tuk mempertanggungjawabkan seluruh langkah kehidupan

Malam pertama bersama KEKASIH..

Ditemani rayap – rayap dan cacing tanah

Di kamar bertilamkan tanah..

Dan ketika 7 langkah telah pergi….

Kita pun kan ditanyai oleh sang Malaikat…

Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur…

Ataukah akan memperoleh Siksa Kubur…..

Kita tak tahu…dan tak seorangpun yang tahu….

Tapi anehnya kita tak pernah galau ketakutan….

Padahal nikmat atau siksa yang ‘kan kita terima

Kita sungkan sekali meneteskan air mata…

Seolah barang berharga yang sangat mahal…

Dan Dia Kekasih itu.. Menetapkanmu ke syurga..

Atau melemparkan dirimu ke neraka..

Tentunya kita berharap menjadi ahli syurga… Tapi….tapi ….

sudah pantaskah sikap kita selama ini… Untuk disebut sebagai ahli syurga ?????????

Sahabat…mohon maaf…jika malam itu aku tak menemanimu

Bukan aku tak setia…

Bukan aku berkhianat…. Tapi itulah komitmen azali tentang hidup dan kehidupan

Tapi percayalah…aku pasti ‘kan mendo’akanmu…

Karena …aku sungguh menyayangimu…

Rasa sayangku padamu lebih dari apa yang kau duga

Aku berdo’a…semoga kau menjadi ahli syurga.

Aaamiiin… Sahabat….., jika ini adalah bacaan terakhirmu

Jika ini adalah renungan peringatan dari Kekasihmu

Ambillah hikmahnya…..

Tapi jika ini adalah salahku…maafkan aku….

Terlebih jika aku harus mendahuluimu….

Ikhlaskan dan maafkan seluruh khilafku

Yang pasti pernah menyakiti atau mengecewakanmu…..

Satu pintaku padamu… Tolong do’akan aku…


Tujuh Macam Pahala


Dari Anas r.a. berkata bahwa ada tujuh macam pahala yang dapat diterima seseorang itu selepas matinya.

1. Barang siapa yang mendirikan masjid maka ia tetap mendapat pahalanya selama masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadah di dalamnya.

2. Barang siapa yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum daripadanya. 3. Barang siapa yang menulis mushaf ia akan mendapat pahala selama ada orang yang membacanya. 4. Orang yang menggali Sumur selama ada orang yang menggunakannya. 5. Barang siapa yang menanam tanam-tanaman selama ada yang memakannya baik dari manusia atau burung. 6. Mereka yang mengajarkan ilmu yang berguna selama ia diamalkan oleh orang yang mempelajarinya. 7. Orang yang meninggalkan anak yang soleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya dan beristighfar baginya 8. yakni anak yang selalu diajari ilmu Al-Qur’an maka orang yang mengajarnya akan mendapat pahala selama anak itu mengamalkan ajaran-ajarannya tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri.

Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah S.A.W. telah bersabda : “Apabila telah mati anak Adam itu, maka terhentilah amalnya melainkan tiga macam “:

1. Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal Jariah) 2. Ilmu yang berguna dan diamalkan. 3. Anak yang soleh yang mendoakan baik baginya.

Kisah Mualaf Inggris, Perceraian Tak Membuatnya Meninggalkan Islam


Pekan kemarin media massa internasional memberitakan bahwa jumlah mualaf di Inggris meningkat pesat, meski agama Islam di negeri itu, seperti umumnya di negara-negara Barat, digambarkan secara negatif dan masih menjadi target kecurigaan masyarakat.

Sensus yang pernah dilakukan di seluruh wilayahKerajaan Inggris menyebutkan bahwa pertambahan mualaf antara 14.000 sampai 25.000 orang. Tapi sebuah studi terbaru yang dilakukan lembaga think-tank lintas agama Faith Matters menyebutkan bahwa jumlah mualaf di Inggris lebih besar dari estimasi selama ini. Menurut lembaga itu, jumlah mualaf di Inggris mencapai 100.000 orang, dimana setiap tahunnya dipekirakan ada 5.000 warga Inggris yang menjadi orang Islam baru atau mualaf.

Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan jumlah orang yang menjadi mualaf setiap tahunnya di Jerman dan Perancis. Di kedua negara tersebut, diperkirakan hanya 4.000 orang yang mengucapkan syahadat.setiap tahunnya.

Yang unik dari catatan mualaf di Inggris, kebanyakan dari mereka ternyata kaum perempuan. Salah satu dari perempuan Inggris yang memilih jalan Islam itu adalah Chaterine Heseltine, seorang pengajar di sebuah sekolah perawat di London Utara. Meski ia masuk Islam karena menikah dengan seorang pemuda muslim, Heseltine mempelajari Islam dengan serius. Ketika perkawinannya kandas, Heseltine tetap teguh dengan keislamannya. Ia mengakui bahwa agama Islam telah memberikan arah serta tujuan bagi kehidupannya sekarang, dan Heseltine pun tidak segan-segan mematuhi ajaran Islam untuk menutup aurat, mengenakan jilbab.

Heseltine terbilang masih muda, usianya baru 31 tahun. Ia dibesarkan di London Utara dalam keluarga yang tidak pernah mengajarkannya untuk menjalankan ajaran agama apapun. Heseltine lebih memilih menjadi seorang penganut agnostik, sampai akhirnya ia mengenal Islam dan mulai mempelajarinya karena rasa ingin tahu.

“Kalau Anda bertanya saat usia saya masih 16 tahun, apakah saya mau menjadi seorang muslim, saya akan menjawab ‘tidak, terima kasih.’ Saat itu saya sedang senang-senangnya minum-minum, berpesta dan keluyuran bersama teman-teman,” kenang Heseltine tentang masa remajanya.

“Dibesarkan di London Utara, kami tidak pernah menjalankan ibadah agama di rumah; Saya selalu berpikir bahwa agama itu kuno dan sudah tidak relevan lagi,” ujarnya.

Heseltine lalu bertemu dengan seorang pemuda muslim yang dipanggilnya Syed. Pemuda muslim–yang kini menjadi suaminya–inilah yang mengubah semua pandangannya tentang agama. “Dia masih muda, seorang muslim, percaya pada Tuhan. Yang membedakannya dengan anak-anak muda lainnya, dia tidak minum mimuman keras,” tutur Heseltine tentang Syed.

Ia melanjutkan, “Sebelum bertemu Syed, saya hampir tidak pernah menanyakan apa yang saya yakini dalam hati. Saya memilih menjadi seorang agnostik.”

Heseltine dan Syed akhirnya saling jatuh cinta. Namun Heseltine segera menyadari, bagaimana ia bisa hidup bersama kelak jika Syed seorang muslim dan dirinya bukan muslim. Sejak itulah mulai tumbuh rasa ingin tahu Heseltine soal Islam dan ia mulai membaca buku-buku tentang Islam, termasuk membaca terjemahan Al-Quran.

“Awalnya, Al-Quran hanya membuat saya tertarik di tingkat intelektualnya saja, belum menyentuh sisi emosional dan spiritual saya. Saya mengagumi penjelasan dalam Al-Quran tentang alam semesta. Saya kagum bahwa 1.500 tahun lalu, Islam telah memberikan hak-hak pada perempuan, yang tidak dimiliki perempuan di Barat,” imbuh Heseltine.

“Agama bukan isu yang ‘keren’ untuk dibicarakan, saya berusaha tetap menjaga minat saya pada Islam selama tiga tahun. Tapi di tahun pertama kuliah, saya dan Syed memutuskan untuk menikah, dan saya tahu inilah saatnya saya mengatakannya pada kedua orang tua saya,” sambungnya.

Kedua orang tua Heseltine tidak terlalu antusias mendengar rencana pernikahan itu. Mereka mengungkapkan kekhawatirannya jika puterinya menikah, lalu menjadi seorang muslimah. Orang tua Heseltine membayangkan hal-hal negatif tentang posisi perempuan dalan rumah tangga muslim. “Tidak bisakah kau hidup bersama dulu (tanpa ikatan pernikahan)?” Ibu Heseltine malah menyarankan “tradisi” yang oleh masyarakat Barat sudah menjadi hal yang lazim.

“Tak seorang pun menyadari betapa seriusnya saya untuk pindah agama. Banyak orang mengira bahwa saya masuk Islam hanya untuk membuat senang keluarga Syed, bukan karena saya meyakini agama itu,” tutur Heseltine.

Heseltine dan Syed tetap menikah dengan adat Bengali. Mereka lalu tinggal di sebuah flat. Di awal menikah, Heseltine belum terpikr untuk mengenakan jilbab, ia hanya mengenakan bandana atau topi. Pelan-pelan, Heseltine memulai cara hidup yang islami. “Saya ingin orang menilai dari intelijensia dan karakter saya, bukan dari penampilan,” tukasnya.

Sebagai orang yang tidak pernah menjadi bagian komunitas agama, apalagi komunitas agama yang menjadi minoritas di negaranya, Heseltine mengakui harus melakukan penyesuaian diri yang besar. Beberapa temannya ada yang syok melihat Heseltine menjadi seorang muslimah, sebagian lagi bisa menerima ‘identitas’ barunya itu.

“Apa, tidak minum-minum, tidak pakai narkoba, tidak pacaran? Saya tidak bisa melakukannya,” kata seorang teman Heseltine yang syok mengetahui Heseltine sudah menganut agama Islam. Bukan cuma itu, butuh waktu bagi Heseltine untuk mengingatkan teman-temannya yang lelaki agar tidak lagi mencium pipinya saat bertemu. “Saya harus mengatakan, ‘maaf, ini soal menjadi seorang muslim’,” ungkapnya.

Seiring waktu berjalan, Heseltine malah lebih religius dibandingkan Syed, suaminya. Perbedaan-perbedaan pun mulai bermunculan. Pada akhirnya, Heseltine berpikir bahwa kehidupan perkawinan adalah sesuatu yang berat bagi Syed. Syed makin menjauh dan hubungannya dengan Heseltine makin renggang. Setelah tujuh tahun menikah, perceraian tak bisa dicegah lagi. Heseltine kembali ke orang tuanya.

“Ketika saya pulang ke rumah orang tua, semua orang sangat terkejut karena kemana-mana saya masih mengenakan jilbab. Tapi, jika ada satu hal yang memperkuat keimanan saya, saya merasakan sendiri menjadi seorang muslim yang independen, bebas dari bayang-bayang seorang Syed,” ujar Heseltine.

“Islam telah memberi saya tujuan dan arah kehidupan. Saya melibatkan diri dengan organisasi Muslim Public Affairs Committee dan ikut berkampanye melawan Islamofobia, melawan diskriminasi terhadap perempuan, berkampanye untuk mengentaskan kemiskinan, juga berkampanye untuk mendukung rakyat Palestina.”

“Ketika banyak orang menyebut kami ‘ekstrimis’, saya hanya berpikir sebutan itu sangat konyol. Banyak persoalan dalam komunitas Muslim, tapi kalau kita merasa tertekan, hal itu hanya akan mempersulit kita untuk maju,” papar Heseltine.

Ia menegaskan, sebagai seorang muslim, ia juga masih merasa sebagai bagian dari masyarakat Inggris. Butuh beberapa saat bagi Heseltine untuk menyesuaikan kedua identitas itu.

“Tapi sekarang, saya merasa percaya menjadi diri saya apa adanya. Saya bagian dari dua dunia itu dan tak seorang pun boleh merampas kedua dunia itu dari saya,” tandasnya.

Kebangkitan Islam di Kalangan Komunitas Aborigin, Australia


Perkembangan Islam di Australia sudah merambah ke kalangan masyarakat Aborigin, suku asli Benua Kanguru itu.

Makin meningkatnya jumlah orang Aborigin yang memeluk Islam menjadi fenomena tersendiri, meski sejumlah peneliti memperdebatkan perihal makin meluasnya pengaruh agama Islam dan alasan orang-orang Aborigin yang memilih memeluk Islam.

Dalam pertemuan organisasi Society for the Scientific Study of Religion di Baltimore akhir Oktober lalu, sejumlah peneliti dari Religioscope memaparkan kertas kerja mereka tentang pernyataan media dan komunitas Muslim di Australia yang menyebutkan bahwa makin meningkatnya pemeluk Islam di kalangan masyarakat Aborigin, terutama di kalangan anak mudanya, merupakan “kebangkitan” Islam yang melanda suku Aborigin.

Namun laporan sejumlah pakar sosiologi menyebutkan, menurut sensus tahun 1996, 2001 dan 2006, makin banyak orang Aborigin yang memilih “tidak beragama” dibandingkan yang masuk Islam.

Persentase orang Aborigin yang menyatakan beragama Islam lebih sedikit (0,22 persen) dibandingkan jumlah seluruh Muslim di Australia (1,7 persen). Populasi Aborigin yang memeluk Islam juga bervariasi; maayoritas Muslim Aborigin mayoritas kaum urban perkotaan dan kebanyakan adalah kaum lelaki.

Namun para peneliti di Religioscope mencatat bahwa persentase kaum lelaki Aborigin yang melibatkan diri dalam Islam (58 persen) lebih besar dibandingkan keterlibatan mereka dalam agama lain.

Gambaran ini terkait dengan sejarah Islam di Australia. Sejumlah Muslim Aborigin mengklaim mereka membangun kembali identitas sejarah mereka dengan cara masuk Islam, karena ada gelombang perkawinan campur antara pendatang Muslim dengan orang-orang Aborigin pada abad ke-19.

Komunitas Muslim ini adalah para pedagang yang berlayar dari Pulau Celebes (sekarang Sulawesi) di Indonesia dan orang-orang Arab (ketika itu disebut “Afghan”) yang menetap di pedalaman Australia.dan dijuluki “Cameleers” atau penunggang unta.

Selain melakukan perkawinan campur, mereka juga berbagi budaya, termasuk sejumlah tradisi dalam Islam. Sensus tahun 2001 sampai 2006 menunjukkan peningkatan jumlah Muslim Aborigin dari 622 menjadi 1.010 orang.

Peneliti dari Religioscope; Helena Onnudottir, Adam Possamai (University of Western Sydney) and Bryan S. Turner (Wellesley College) dalam kertas kerja mereka juga mengungkapkan bahwa identitas Kekristenan pemerintahan Kolonial dan dominansi orang kulit putih atas suku Aborigin kemungkinan menjadi alasan mengapa berdasarkan hasil sensus, persentase orang Aborigin yang memeluk agama Kristen makin menurun. Agama Kristen Pantekosta, aliran Kristen yang paling berkembang di Australia, ternyata tidak mendapat tempat di kalangan masyarakat Aborigin.

Para peneliti itu menyimpulkan, media massa berperan atas pertumbuhan komunitas Muslim Aborigin, yang kini menjadi tren penting dalam perkembangan agama di Australia.

Mustafa Davis: Lima Huruf yang Mengubah Kehidupanku


Pertemuan Mustafa Davis dengan Usama Canon sepertinya bukan sebuah “kebetulan” semata. Karena dari pertemuan yang serba kebetulan itu, mengantar Mustafa menjadi seorang muslim. Sekarang, 15 tahun sudah Davis menjadi muslim dan peristiwa “kebetulan” tak pernah ia lupakan.

Davis secara tak sengaja bertegur sapa dengan Usama lima belas tahun yang lalu, saat sedang menuju ke tempat kuliahnya. Usama mengomentari t-shirt yang dikenakan Davis dan menyalaminya. Pertemuan selanjutnya di kelas bahasa Spanyol, karena ternyata mereka sama-sama mengambil kelas bahasa itu dan kerap duduk bersisian di dalam kelas. Keduanya akhirnya tahu bahwa mereka sama-sama menyukai musik dan seni. Oleh sebab itu, Davis dan Usama–yang jago main piano–kadang menyelinap ke aula kampus karena ada piano di sana. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain musik, dan kadang diselingi dengan perbincangan tentang spiritualitas. Itu mereka lakukan hampir setiap hari selama satu semester perkualiahan.

Suatu hari saat menikmati makanan sushi di restoran Jepang dekat kampus. Davis curhat ke Canon tentang kehidupannya yang agak kacau dan keinginannya untuk kembali ke “jalur” kehidupan yang benar. Kala itu, Davis tinggal seorang diri di San Jose. Malam bekerja, siang kuliah. Davis merasa masa lalunya menjadi beban yang selalu menghantui hidupnya dan mulai berpikir bahwa untuk mengatasi segala problema kehidupan yang dialaminya dengan cara kembali ke gereja, menjalani kembali kehidupan yang religius.

“Saya bilang pada Usama bahwa saya sedang mempertimbangkan untuk kembali pada Katolik, agama saya untuk memperbaiki hidup. Usama lalu bertanya, apakah saya pernah berpikir tentang agama Islam dan saya jawab tidak pernah, karena saya merasa Islam adalah agamanya orang Arab atau agama kelompok separatis kulit hitam. Saya juga beranggapan bahwa orang-orang Islam yang saya jumpai adalah orang-orang yang munafik dan saya tidak pernah melihat orang Islam yang menjalankan agamanya dengan baik,” tutur Davis

Usama, kata Davis, lalu menceritakan tentang kakak lelakinya, Anas Canon yang pindah ke agama Islam tak lama setelah ia aktif dalam organisasi Nation of Islam. Usama mengatakan bahwa Islam bukan hanya untuk orang Arab dan dari yang ia tahu, Islam adalah agama yang universal, meski Usama sendiri saat itu belum memeluk Islam.

Dalam perbincangan itu, Usama juga menanyakan apakah Davis tahu tentang Nabi Muhammad Saw. dan Davis menjawab bahwa ia hanya kenal sosok Elijah Muhammad. Usama lalu menjelaskan bahwa Nabi Muhammad yang ia maksud berbeda dengan Muhammad yang Davis kenal. Pada titik ini, seperti biasanya, Davis berusaha menghindar jika ada orang yang mulai bicara banyak soal agama. Apalagi setelah ia tahu Nabi Muhammad itu berasal dari Arabia, Davis merasa Islam bukan untuknya. Obrolan hari itu itupun selesai begitu saja. Surat Maryam Membuat Davis Menggigil

Suatu malam, setelah kerja, Davis ke toko buku untuk membeli Alkitab. Ia melewati rak berisi buku-buku “Filosofi Timur” dan melihat sebuah buku bersampul hijau bertuliskan “MUHAMMAD” dengan huruf-huruf yang berwarna keemasan. Ia berhenti dan berpikir sejenak, lalu meraih buku itu. Judul lengkap buku itu “MUHAMMAD – His Life Based On The Earliest Sources” yang ditulis oleh Martin Lings.

“Yang menarik perhatian saya adalah kata ‘earliest sources’ dalam judul itu. Saya bermaksud beli Alkitab di toko itu, dan saya tahu ada perdebatan teologis tentang kesalahan-kesalahan yang ada dalam alkitab, yang juga sangat mengganggu pikiran saya. Maka, saya buka buku ‘MUHAMMAD’ itu, meski sulit mengucapkan nama-nama Arab dalam buku tersebut, saya mencoba membaca beberapa baris isi buku. Empat atau lima baris kalimat yang saya baca menyebut kata ‘Qur’an’ beberapa kali. Nama-nama Arab yang baca makin membuat saya merasa bahwa Islam adalah agama orang Arab dan bukan yang saya inginkan dalam hidup saya. Saya pun meletakkan buku itu,” ungkap Davis.

Tapi saat ia berjalan meninggalkan rak buku itu, huruf keemasan bertuliskan “MUHMMAD” muncul kembali di pelupuk matanya dan membuat Davis kembali ke rak buku tadi. Kali ini, Davis memperhatikan buku dengan judul “The Quran”. Ia ingin mengabaikan buku itu, tapi ia ingat bahwa kata “Quran” disebut beberapa kali dalam buku Martin Lings yang baru saja ia baca-baca. Davis akhirnya mengambil buku “The Quran” dan membuka halamannya secara acak, dan kebetulan yang ia buka adalah halaman pertama Surat Maryam. Davis membaca terjemahan surat itu dari awal sampai akhir. Saat membaca isi surat Maryam yang menceritakan kelahiran Nabi Isa, David merasakan tubuhnya panas dingin. Ia tidak menyangka Muslim juga meyakini keajaiban dalam kelahiran “Yesus” yang diyakini dalam agama Davis, namun Muslim tidak meyakini Yesus sebagai anak dari Tuhan seperti keyakinan umat Kristiani. Selama ini, meski sebagai pemeluk Katolik, Davis menganggap ajaran bahwa Tuhan punya anak lelaki, sungguh tidak masuk akal.

Tanpa tahu apa sebabnya, Davis menangis terisak-isak di toko buku itu saat membaca Al-Quran yang dipegangnya. Ia memutuskan untuk membelinya agar ia bisa membaca lebih banyak tentang apa yang diyakini kaum Muslimin. “Dalam situasi perasaannya yang sedang emosional, Saya betul-betul sudah lupa untuk membeli Alkitab dan meninggalkan toko buku itu,” ujar Davis.

Kejadian Aneh dalam Sehari

Setelah membeli Al-Quran, keesokan harinya Davis ke kampus dan di perjalanan ia melewati sebuah toko kecil milik seorang lelaki Sinegal yang menjual kerajinan tangan, dompet dan boneka khas Afrika. Davis tertarik melihat-lihat dompet. Lelaki Sinegal itu menyapanya, “Hello sobat apa kabar?”. Davis menjawab, “baik-baik saja, terima kasih.”

Davis bercerita, lelaki Sinegal itu lalu memperhatikannya dengan seksama, tersenyum dan melontarkan pertanyaan yang membuat Davis kaget. “Sobat, apakah kamu seorang muslim? Kamu seperti seorang muslim,” tanya lelaki Sinegal itu. Davis tersentak, selama ini ini tidak pernah ada orang yang mengiranya seorang muslim, dan malam tadi ia baru saja membeli Al-Quran. Davis menjawab bahwa ia bukan seorang muslim, tapi semalam ia baru saja membeli Al-Quran.

Mendengar jawaban Davis, lelaki Sinegal itu keluar dari toko kecilnya dan memeluk Davis dan terus-terus berkata bahwa ia bahagia mendengarnya dan itu merupakan pertanda dari Allah untuk Davis. Nama lelaki Sinegal itu adalah Khadim.

Khadim sempat minta tolong Davis untuk menunggui tokonya, sementara ia berwudu dan menunaikan salat. Pada Davis, Khadim mengatakan bahwa sebagai muslim, ia berkewajiban salat lima waktu sehari. Begitu Davis menyatakan ia bersedia membantu, Khadim menunjukkan kotak tempat penyimpanan uang, memberitahu harga barang-barangnya pada Davis, lalu pergi salat.

Sekitar setengah jam Davis menjaga toko Khadim. Selama menunggu, Davis tak henti berpikir, “Siapa laki-laki ini, meninggalkan uangnya pada saya. Bisa saja saya kabur dan membawa uangnya dan ia tidak akan bisa menangkap saya.” Davis heran, mengapa Khadim tidak mengkhawatirkan kemungkinan itu, mempercayakan uangnya pada orang asing.

Khadil kembali dari salat dan Davis melihat wajah Khadim seperti bersinar. Ia memeluk Davis dan mengucapkan terima kasih. Davis kemudian pamit dan menuju kampus. Sesampainya di kampus, Davis lagi-lagi terhenyak ketika seorang mahasiswa asal Pakistan menyapanya dan mengucapkan salam, lalu bertanya pada Davis “Apakah kamu seorang Muslim?”. Ini adalah pertanyaan kedua dalam satu hari yang ditujukan pada Davis.

Davis menjawab bahwa ia bukan muslim dan balik bertanya mengapa mahasiswa Pakistan itu menanyakan hal itu. Mahasiswa Pakistan itu hanya berkata, “Saya tidak tahu, Anda kelihatannya seperti seorang muslim.” Kejadian ini membuat Davis bertanya-tanya dalam hati. Davis mengatakan pada mahasiswa Pakistan tadi bahwa ia sekarang sedang membaca-baca Al-Quran. Si mahasiswa Paksitan sangat senang mendengar apa yang dikatakan Davis dan menanyakan apakah Davis pernah ke masjid. Davis terus terang bahw ia belum pernah ke masjid dan ia menerima ajakan mahasiswa Pakistan itu untuk pergi ke masjid keesokan harinya. Mereka pun saling bertukar nomor telepon. Davis makin penasaran.

Hari Jumat sore, mahasiswa Pakistan itu datang dan mengajak Davis ke rumahnya. Davis dijamu makan, duduk di lantai. Meski seumur hidupnya ia belum pernah duduk di lantai untuk makan, Davis merasa tidak canggung sama sekali. Setelah makan, mereka berangkat ke masjid milik Muslim Community Association di Santa Barbara, California.

Sesampainya di masjid, Davis disambut sekitar 40 jamaah masjid dengan senyum dan jabatan tangan. Davis diajak duduk bersama, membentuk lingkaran kecil. Seorang lelaki menanyakan apakah Davis tahu tentang Islam. Davis pun menceritakan bagaimana ia sampai membeli Al-Quran dan mulai membaca isinya. Davis ditanya lagi, apakah ia percaya pada Nabi Muhammad, tanpa ragu Davis menjawab “Ya”. Pertanyaan lainnya, apakah Davis percaya bahwa Yesus adalah anak Tuhan, Davis menjawab “Tidak”, tapi percaya bahwa Yesus adalah seorang nabi. Masih banyak pertanyaan lainnya yang diajukan ke Davis, mulai dari apakah ia percaya malaikat, ayat suci Al-Quran dan hari Kiamat, dan Davis menjawab bahwa ia meyakini semuanya.

Lelaki yang bertanya itu lalu mengatakan, “Itulah yang diyakini kaum Muslimin, jadi kamu (Davis) meyakini hal yang sama pula. Apakah suatu saat kamu mau menjadi seorang muslim?” tanyanya. Lagi-lagi, tanpa ragu Davis menjawab “Ya”.

Bersyahadat

Lelaki itulah yang akhirnya membantunya mengucapkan dua kalimat syahadat di hari ke-17 bulan Ramadan tahun 1996.

Enam bulan setelah masuk Islam, Usama Canon menghubungi Davis dan menanyakan tentang Islam. Keduanya pergi makan malam dan membahas soal agama. Keesokan harinya, Davis mengajak Canon ke masjid dan Canon pun mengucapkan syahadat. Canon, orang pertama yang menyebut-nyebut Islam pada Davis dan sebuah kehormatan bagi Davis hari itu mengajak Canon ke masjid dan Canon masuk Islam juga.

“Bukan ilmu teologi atau perdebatan agama yang membawa saya pada agama Islam. Tapi musik, budaya, teman yang yang saya percaya dan seorang asing yang tersenyum pada saya. Yang ironis, budaya Arab-lah yang pertama kali membuat saya enggan mencari tahu soal Islam. Tapi sekarang, setelah menjadi muslim, saya berusaha meninggalkan budaya saya sendiri (budaya Amerika) dan mencoba menerapkan budaya Arab. Setelah beberapa tahun, saya bisa kembali pada akar budaya saya sebagai orang Amerika sekaligus sebagai seorang Muslim,” papar Davis.

Davis sekarang tinggal di San Francisco Bay Area. Ia berprofesi sebagai fotografer dan sutradara. Belum lama ini, saat berjalan-jalan bersama Canon, Davis bertemu Khadim lagi. Mereka sangat bahagia dan berfoto bersama. “Segala puji bagi Allah atas rahmatnya pada Islam,” doa Davis.

Kagum pada Ajaran Islam Soal Moral, Profesor Yahudi Bersyahadat


Sebut saja namanya Khadija, nama yang digunakannya setelah masuk Islam. Ia seorang profesor keturunan Yahudi yang menemukan cahaya Islam setelah menyaksikan kematian seorang sutradara bernama Tony Richardson akibat penyakit AIDS. Khadija mengagumi Richardson sebagai sutradara panggung drama yang profesional, brilian dan diakui kalangan seniman internasional.

Kehidupan Richardson sebagai homoseks menularkannya penyakit AIDS yang mematikan. Dari situlah Khadija mulai memikirkan gaya hidup masyarakat Barat dan masyarakat Amerika terutama dalam masalah moralitas. Khadija pun mulai melirik ajaran Islam.

Khadija memulainya dengan mempelajari sejarah Islam. Sebagai seorang Yahudi, ia masih mengingat sejarah nenek moyangnya, Yahudi Spanyol yang hidup di tengah masyarakat Muslim dan terusir pada masa inkuisisi pada tahun 1942. Khadija mempelajari bagaimana kekhalifahan Turki Ustmani memperlakukan para pengungsi Yahudi dengan cara yang manusiawi pada masa pengusiran orang-orang Yahudi dari daratan Eropa.

“Allah membimbing saya dalam belajar dan saya belajar Islam dari banyak tokoh seperti Imam Siddiqi dari South Bay Islamic Association, Hussein Rahima dan kakak angkat saya, Maria Abidin, seorang muslim orang Amerika asli dan bekerja sebagai penulis di majalah SBIA, IQRA,” kisah Khadija mengawali ceritanya sebelum menjadi seorang muslim.

Saat melakukan riset tentang Islam, Khadija mewawancarai seorang pemilik toko daging halal di sebuah distrik di San Francisco. Di toko itu ia bertemu dengan seorang pembeli, perempuan berjilbab yang kemudian sangat mempengaruhinya dalam memahami ajaran Islam. Khadija terkesan dengan perilaku perempuan itu yang lembut dan ramah, apalagi perempuan berjilbab itu ternyata menguasai empat bahasa asing.

“Kecerdasannya, membuat saya merasa terbebas dari sikap arogan dan memberikan kesan mendalam di masa-masa awal saya mempelajari bagaimana Islam bisa mempengaruhi perilaku manusia,” ujar Khadija.

“Riset yang saya lakukan membuat saya tahu lebih banyak tentang Islam dari sekedar sekumpulan fakta, bahwa Islam adalah agama yang hidup. Saya belajar bagaimana kaum Muslimin memperlakukan diri mereka sendiri dengan penuh martabat dan kebaikan sehingga bisa mengangkat mereka dari kekerasan dan perbudakan di Amerika …”

“Saya belajar bahwa lelaki dan perempuan Muslim bisa saling mendukung keberadaan masing-masing, tanpa harus merusak keduanya secara verbal maupun fisik. Saya juga belajar bahwa busana yang pantas menunjukkan semangat spiritualitas dan mengangkat derajat mereka sebagai manusia,” papar Khadija.

Kondisi itu sangat berbeda dengan apa yang dialami Khadija selama ini, sebagai perempuan yang hidup di tengah budaya masyarakat Amerika. Seperti perempuan Amerika pada umumnya, ia ibarat hidup di tengah perbudakan seksual. Sejak usia dini, Khadija belajar bahwa masyarakat AS pada umumnya menilai manusia semata-mata dari penampilan luarnya saja sehingga banyak remaja, baik perempuan maupun laki-laki yang putus asa karena merasa tidak diterima oleh teman sebayanya.

Setelah mengetahui lebih banyak tentang Islam dan bergaul dengan beberapa muslim Amerika, Khadija makin mencintai dan menghormati Islam. “Saya mendukung dan mengagumi Islam karena Islam memberikan hak yang sama dalam masalah pendidikan untuk laki-laki dan perempuan, menghormati hak laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan ajaran tentang cara berbusana yang pantas serta aturan Islam tentang perkawinan,” tukas Khadija.

“Islam mengajarkan untuk menghargadi diri kita sendiri sebagai makhluk ciptaanNya yang dianugerahi kemampuan untuk bertanggung jawab dalam hubungan kita dengan orang lain. Lewat salat dan zakat, serta komitmen keimanan dan pendidikan, jika kita mengikuti jalan Islam, kita memiliki kesempatan untuk mendidik anak-anak yang akan terbebas dari ancaman kekerasan dan eksploitasi,” sambungnya.

Dalam perjalanannya memeluk Islam, Khadija aktif di organisasi AMILA (American Muslims Intent on Learning and Activism) dan ikut mengelola situs organisasi itu. Khadija dengan jujur mengakui bahwa komunitas Muslim adalah komunitas yang mengagumkan. “Islam memberi petunjuk pada kita agar terhindar dari api neraka,” kata Khadija.

Khadija pun bertekad bulat untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi seorang muslim. “Sang Pencipta dikenal dengan banyak nama. Rahmat-Nya kita rasakan dan kehadiran-Nya dimanifestasikan dengan cinta, toleransi dan kasih sayang yang hadir di tengah kehidupan masyarakat,” tandas Khadija.

Ciri Ciri Wanita Shalehah


Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah s.w.t.Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu:1. Taat kepada Allah dan RasulNya2. Taat kepada suamiPerincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut:

1. Taat kepada Allah dan RasulNyaBagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ?- Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya.- Wajib menutup aurat- Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah- Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada bersamanya- Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa- Berbuat baik kepada ibu & bapa- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa- Bersikap baik terhadap tetangga

2. Taat kepada suami- Memelihara kewajipan terhadap suami- Sentiasa menyenangkan suami- Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah.- Tidak cemberut di hadapan suami.- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur- Tidak keluar tanpa izin suami.- Tidak meninggikan suara melebihi suara suami- Tidak membantah suaminya dalam kebenaran- Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya.- Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik & kecantikannya serta rumah tanggaFAKTOR YANG MERENDAHKAN MARTABAT WANITA—————————————Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah datang dari faktor dalam. Bukanlah faktor luar atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para pejuang hak-hak palsu wanita.Faktor-faktor tersebut ialah:

1) Lupa mengingat AllahKerana terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak heran jika banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya telah lalai dari mengingat Allah. Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di mana syetan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya.Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-Jathiah, ayat 23: artinya:” Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya.”Sabda Rasulullah s.a.w.: artinya:“Tidak sempurna iman seseorang dari kamu, sehingga dia merasa cenderung kepada apa yang telah aku sampaikan.” (Riwayat Tarmizi)Mengingati Allah s.w.t. bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu.

2) Mudah tertipu dengan keindahan duniaKeindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya. Bukan itu saja, malahan syetan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki agar sama-sama bergelimang dengan dosa dan noda.Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah s.w.t. hanya kerana kenikmatan dunia yang terlalu sedikit.Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-An’am: artinya:” Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh karena itu tidakkah kamu berfikir.”

3) Mudah terpedaya dengan syahwat4) Lemah iman5) Bersikap suka menunjuk-nunjuk.Ad-dunya mata’ , khoirul mata’ al mar’atus sholichDunia adalah perhiasan, perhiasan dunia yang baik adalah Wanita sholihah.

Selasa, 03 Mei 2011

Cerita Karomah Habib Munzir Al Musawwa

Cerita dari jamaah Majelis Rasulullah tentang Karomah Habib Munzir Al Musawwa

Artikel dibawah ini awalnya, dari web pembaca blog saya. Kemudian si pemilik web, mas yogo saptono memberikan sumber aslinya dari milist MajelisRasulullah majelisrasulullah@yahoogroups.com. Artikel dibawah ini merupakan postingan dalam milist tersebut yang dikirim oleh pemudasuci@yahoo.com. Beberapa bagian saya potong untuk mempermudah pembacaan. Selanjutnya tulisan dibawah ini merupakan isi postingan dimilist tersebut.

Ketika ada orang yg iseng bertanya padanya : wahai habib, bukankah Rasul saw juga punya rumah walau sederhana??, beliau tertegun dan menangis, beliau berkata : iya betul, tapikan Rasul saw juga tidak beli tanah, beliau diberi tanah oleh kaum anshar, lalu bersama sama membangun rumah.., saya takut dipertanyakan Allah kalau ada orang muslim yg masih berumahkan koran di pinggir jalan dan di gusur gusur, sedangkan bumi menyaksikan saya tenang tenang dirumah saya..

pernah ada seorang wali besar di Tarim, guru dari Guru Mulia Almusnid alhabib Umar bin Hafidh, namanya Hb Abdulqadir Almasyhur, ketika hb munzir datang menjumpainya, maka habib itu yg sudah tua renta langsung menangis.. dan berkata : WAHAI MUHAMMAD…! (saw), maka Hb Munzir berkata : saya Munzir, nama saya bukan Muhammad.., maka habib itu berkata : ENGKAU MUHAMMAD SAW..!, ENGKAU MUHAMMAD.. SAW!, maka hb Munzir diam… lalu ketika ALhabib Umar bin Hafidh datang maka segera alhabib Abdulqadir almasyhur berkata : wahai umar, inilah Maula Jawa (Tuan Penguasa Pulau Jawa), maka Alhabib Umar bin Hafidh hanya senyam senyum.. (kalo ga percaya boleh tanya pada alumni pertama DM)

lihat kemanapun beliau pergi pasti disambut tangis ummat dan cinta, bahkan sampai ke pedalaman irian, ongkos sendiri, masuk ke daerah yg sudah ratusan tahun belum dijamah para da’i, ratusan orang yg sudah masuk islam ditangannya, banyak orang bermimpi Rasul saw selalu hadir di majelisnya,

bahkan ada orang wanita dari australia yg selalu mimpi Rasul saw, ia sudah bai’at dengan banyak thariqah, dan 10 tahun ia tak lagi bisa melihat Rasul saw entah kenapa, namun ketika ia hadir di Majelis Hb Munzir di masjid almunawar, ia bisa melihat lagi Rasulullah saw..

maka berkata orang itu, sungguh habib yg satu ini adalah syeikh Futuh ku, dia membuka hijabku tanpa ia mengenalku, dia benar benar dicintai oleh Rasul saw, kabar itu disampaikan pada hb munzir, dan beliau hanya menunduk malu..

beliau itu masyhur dalam dakwah syariah, namun mastur (menyembunyikan diri) dalam keluasan haqiqah dan makrifahnya. .

bukan orang yg sembarangan mengobral mimpi dan perjumpaan gaibnya ke khalayak umum

ketika orang ramai minta agar Hb Umar maulakhela didoakan karena sakit, maka beliau tenagn tenang saja, dan berkata : Hb Nofel bin Jindan yg akan wafat, dan Hb Umar Maulakhela masih panjang usianya.. benar saja, keesokan harinya Hb Nofel bin Jindan wafat, dan Hb Umar maulakhela sembuh dan keluar dari opname.., itu beberapa tahun yg lalu..

ketika Hb Anis Alhabsyi solo sakit keras dan dalam keadaan kritis, orang orang mendesak hb munzir untuk menyambangi dan mendoakan Hb Anis, maka beliau berkata pd orang orang dekatnya, hb anis akan sembuh dan keluar dari opname, Insya Allah kira kira masih sebulan lagi usia beliau,..

betul saja, Hb Anis sembuh, dan sebulan kemudian wafat..

ketika gunung papandayan bergolak dan sudah dinaikkan posisinya dari siaga 1 menjadi “awas”, maka Hb Munzir dg santai berangkat kesana, sampai ke ujung kawah, berdoa, dan melemparkan jubahnya ke kawah, kawah itu reda hingga kini dan kejadian itu adalah 7 tahun yg lalu (VCD nya disimpan di markas dan dilarang disebarkan)

demikian pula ketika beliau masuk ke wilayah Beji Depok, yg terkenal dg sihir dan dukun dukun jahatnya., maka selesai acara hb munzir malam itu, keesokan harinya seorang dukun mendatangi panitya, ia berkata : saya ingin jumpa dg tuan guru yg semalam buat maulid disini..!, semua masyarakat kaget, karena dia dukun jahat dan tak pernah shalat dan tak mau dekat dg ulama dan sangat ditakuti, ketika ditanya kenapa??, ia berkata : saya mempunyai 4 Jin khodam, semalam mereka lenyap., lalu subuh tadi saya lihat mereka (Jin jin khodam itu) sudah pakai baju putih dan sorban, dan sudah masuk islam, ketika kutanya kenapa kalian masuk islam, dan jadi begini??, maka jin jin ku berkata : apakah juragan tidak tahu?, semalam ada Kanjeng Rasulullah saw hadir di acara Hb Munzir, kami masuk islam..!

kejadian serupa di Beji Depok seorang dukun yg mempunyai dua ekor macan jadi jadian yg menjaga rumahnya, malam itu Macan jejadiannya hilang, ia mencarinya, ia menemukan kedua macan jadi2an itu sedang duduk bersimpuh didepan pintu masjid mendengarkan ceramah hb munzir..

demikian pula ketika berapa muridnya berangkat ke Kuningan Cirebon, daerah yg terkenal ahli santet dan jago jago sihirnya, maka hb munzir menepuk bahu muridnya dan berkata : MA’ANNABIY.. !, berangkatlah, Rasul saw bersama kalian..

maka saat mereka membaca maulid, tiba tiba terjadi angin ribut yg mengguncang rumah itu dg dahsyat, lalu mereka mnta kepada Allah perlindungan, dan teringat hb munzir dalam hatinya, tiba tiba angin ribut reda, dan mereka semua mencium minyak wangi hb munzir yg seakan lewat dihadapan mereka, dan terdengarlah ledakan bola bola api diluar rumah yg tak bisa masuk kerumah itu..

ketika mereka pulang mereka cerita pd hb munzir, beliau hanya senyum dan menunduk malu..

demikian pula pedande pndande Bali, ketika Hb Munzir kunjung ke Bali, maka berkata muslimin disana, habib, semua hotel penuh, kami tempatkan hb ditempat yg dekat dengan kediaman Raja Leak (raja dukun leak) di Bali, maka hb munzir senyum senyum saja, keesokan harinya Raja Leak itu berkata : saya mencium wangi Raja dari pulau Jawa ada disekitar sini semalam..

maaf kalo gue ceplas ceplos, cuma gue lebih senang guru yg mengajar syariah namun tawadhu, tidak sesohor, sebagaimana Rasul saw yg hakikatnya sangat berkuasa di alam, namun membiarkan musuh musuhnya mencaci dan menghinanya, beliau tidak membuat mereka terpendam dibumi atau ditindih gunung, bahkan mendoakan mereka,

demikian pula ketika hb munzir dicaci maki dg sebutan Munzir ghulam ahmad..!, karena ia tidak mau ikut demo anti ahmadiyah, beliau tetap senyum dan bersabar, beliau memilih jalan damai dan membenahi ummat dg kedamaian daripada kekerasan, dan beliau sudah memaafkan pencaci itu sebelum orang itu minta maaf padanya, bahkan menginstruksikan agar jamaahnya jangan ada yg mengganggu pencaci itu,
kemarin beberapa minggu yg lalu di acara almakmur tebet hb munzir malah duduk berdampingan dg si pencaci itu, ia tetap ramah dan sesekali bercanda dg Da’i yg mencacinya sebagai murtad dan pengikut ahmadiyah..

Sumber Mailing list Majelis Rasulullah pemudasuci@yahoo.com

Followers