Ketika Tuhan memanggilmu ke Pangkuan Nya datang dan dekaplah dalam hati nuranimu

Senin, 28 Februari 2011

Nurdin Halid


Nurdin Halid (lahir di Watampone, Sulawesi Selatan, Indonesia, 17 November 1958; umur 52 tahun) adalah seorang pengusaha dan politikus Indonesia. Ia adalah Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia dan pernah menjadi anggota DPR-RI dari Partai Golkar pada tahun 1999—2004.
Kasus Korupsi

Pada 16 Juli 2004, dia ditahan sebagai tersangka dalam kasus penyelundupan gula impor ilegal. Ia kemudian juga ditahan atas dugaan korupsi dalam distribusi minyak goreng. Hampir setahun kemudian pada tanggal 16 Juni 2005, dia dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan tersebut oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan dibebaskan. Putusan ini lalu dibatalkan Mahkamah Agung pada 13 September 2007 yang memvonis Nurdin dua tahun penjara. Ia kemudian dituntut dalam kasus yang gula impor pada September 2005, namun dakwaan terhadapnya ditolak majelis hakim pada 15 Desember 2005 karena berita acara pemeriksaan (BAP) perkaranya cacat hukum. Selain kasus ini, ia juga terlibat kasus pelanggaran kepabeanan impor beras dari Vietnam dan divonis penjara dua tahun 6 bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada 9 Agustus 2005. Tanggal 17 Agustus 2006 ia dibebaskan setelah mendapatkan remisi dari pemerintah bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia.
Sebagai Ketua PSSI

Nurdin terpilih sebagai Ketua PSSI pada tahun 2003. Ia dikenal sebagai ketua PSSI yang kontroversial. Dia menjalankan organisasi dari balik terali besi penjara, mengumumkan ide menaturalisasikan pemain asing, menambah jumlah peserta Liga Indonesia tiap tahun sehingga tidak ada klub yang terdegradasi, menentang penghentian pengucuran dana APBD untuk klub, dan mengurangi sanksi Persebaya yang sebelumnya terlibat kerusuhan pertandingan secara besar-besaran (dari larangan main di kandang selama dua tahun menjadi hanya larangan sebanyak 3 kali pertandingan kandang).
Status kriminal
Pada 13 Agustus 2007, Ia kembali divonis dua tahun penjara akibat tindak pidana korupsi dalam pengadaan minyak goreng.[1] Berdasarkan standar statuta FIFA, seorang pelaku kriminal tidak boleh menjabat sebagai ketua umum sebuah asosiasi sepak bola nasional.[2][3] Karena alasan tersebut, Nurdin didesak untuk mundur dari berbagai pihak[4][5][6]; Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI saat itu),[7] Ketua KONI,[8] dan bahkan FIFA[3][7][9] menekan Nurdin untuk mundur. FIFA bahkan mengancam untuk menjatuhkan sanksi kepada PSSI jika tidak diselenggarakan pemilihan ulang ketua umum.[10] Akan tetapi Nurdin bersikeras untuk tidak mundur dari jabatannya sebagai ketua PSSI, dan tetap menjalankan kepemimpinan PSSI dari balik jeruji penjara.[7][8][11][12] Agar tidak melanggar statuta PSSI, statuta mengenai ketua umum yang sebelumnya berbunyi "harus tidak pernah terlibat dalam kasus kriminal" (bahasa Inggris: “They..., must not have been previously found guilty of a criminal offense....") diubah dengan menghapuskan kata "pernah" (bahasa Inggris: "have been previously") sehingga artinya menjadi "harus tidak sedang dinyatakan bersalah atas suatu tindakan kriminal" (bahasa Inggris: "... must not found guilty of a criminal offense...").[13][14] Setelah masa tahanannya selesai, Nurdin kembali menjabat sebagai ketua PSSI.[12][15]
Politisasi PSSI
Pada deklarasi calon gubernur Sulawesi Tenggara dari Partai Golkar, Nurdin Halid mengklaim 'sukses' tim nasional Indonesia pada Piala Suzuki AFF 2010 adalah karya Partai Golkar.[16][17][18] Hal ini bertentangan dengan Statuta FIFA yang melarang keras politisasi sepak bola.[19] Pernyataan tersebut dikecam oleh beberapa pihak, termasuk Sekretaris PSSI[20] dan Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung.[21]
Kehidupan Pribadi

Dari perkawinannya dengan Andi Nurbani, dia memperoleh lima putra dan satu putri. Adiknya, Kadir Halid, adalah manajer tim sepak bola PSM Makassar dan pada bulan Februari 2011 telah dilantik menjadi Ketua PSSI Sumatra Selatan.

Jaksa Agung: Pengakuan Gayus Menyentak


Di pengadilan Gayus mengaku menggelontorkan uang US$50.000 pada Jampidum.
VIVAnews -- Pengakuan Gayus Tambunan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan kemarin mengagetkan Kejaksaan Agung. Gayus Gayus mengaku telah memberikan uang sebesar US$50.000 diberikan kepada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Kejaksaan Agung.

"Terkait aliran dana Gayus itu cukup menyentak," kata Jaksa Agung, Basrief Arief, di Kejaksaan Agung, Jumat 10 Desember 2010

Ditambahkan Basrief, pihaknya tak tinggal diam. Ia telah mengeluarkan surat perintah untuk mengklarifikasi pengakuan Gayus itu. Basrief mengaku mendapat informasi dugaan suap dari laporan harian jaksa penuntut umum.

"Saya sudah perintahkan Jamwas klarifikasi, kita tunggu saja klarifikasi tersebut," kata dia

Jaksa Agung Muda Pengawasan (Jamwas) Marwan Effendi mengatakan, pihaknya segera menindaklanjuti hal itu. Tim pengawasan, segera menindaklanjuti melalui pemeriksaan Gayus Tambunan dan Haposan Hutagalung. "Nanti kita lihat siapa yang berbohong," kata dia

Menurutnya, pemeriksaan dimulai dari pemeriksaan baru terlapor. Marwan mengakui, kendala ada pada pengakuan mantan pengacara Gayus, Haposan Hutagalung.

Di pengadilan, Gayus mengaku uang diberikan melalui pengacaranya saat itu, Haposan Hutagalung. Uang itu diberikan terkait kasus pencucian uang yang dituduhkan kepadanya pada tahun lalu.

Pernyataan Gayus itu pun dibantah oleh pengacara Haposan, Jhon Panggabean. Menurut Jhon, kliennya tidak mengenal Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum pada waktu itu (Abdul Hakim Ritonga maupun Kamal Sofyan). "Itu bohong, Haposan tidak pernah meminta uang kepada Gayus. Dia hanya menjalankan tugasnya untuk membela Gayus saat itu," kata Jhon saat dihubungi VIVAnews, Kamis 9 Desember 2010.

Menurut dia, Haposan juga sudah melaporkan balik Gayus ke polisi atas dugaan pencemaran nama baik. "Klien saya dituduh telah membagikan uang kepada jaksa, hakim, dan polisi. Pernyataan Gayus itu tidak ada yang benar," ujarnya.

Hal serupa disampaikan mantan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum (Jampidum), Kamal Sofyan. Dia menegaskan sama sekali tidak mengenal Gayus maupun Haposan. "Demi Allah saya tidak makan uang dia," kata Kamal saat dikonfirmasi VIVAnews.

Kamal menjelaskan, saat kasus Gayus diusut masih dalam peralihan jabatan Jampidum antara Abdul Hakim Ritonga dan dirinya. "Kenal Gayus dan Haposan saja tidak. Saya baru tahu muka mereka di televisi," ujar Kamal yang saat ini menjabat Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara itu.

Mantan Jampidum, AH Ritonga, juga membantah pernyataan Gayus. "Kasus itu bukan urusan saya lagi," kata Ritonga saat dihubungi VIVAnews.
• VIVAnews

Sumber : http://showbiz.vivanews.com/news/read/193084-jaksa-agung--pernyataan-gayus-menyentak

Ritonga Siap Diperiksa Kasus Gayus


VIVAnews - Mantan Jaksa Agung Muda Pidana Umum Abdul Hakim Ritonga buka suara mengenai dugaan suap yang dilontarkan terdakwa suap kasus pajak Gayus Tambunan. Ritonga menyatakan siap diperiksa pengawasan.

"Saya tadi sudah minta pada Jamwas, kapan saya mau diperiksa?" kata Ritonga kepada wartawan di Kejaksaan Agung, Jumat 10 Desember 2010.

Dalam keterangannya dia juga mengaku tidak tahu menahu kasus Gayus tahun lalu. Menurut dia, Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) Gayus baru diterima sebulan setelah dirinya dilantik sebagai Wakil Jaksa Agung. "Itu bukan urusan saya lagi," kata dia.

Seperti yang diketahui, Ritonga dilantik sebagai Wakil Jaksa Agung pada 12 Agustus 2009, sedang SPDP kasus tersebut dikirim pada 7 September 2009.

Menurut Ritonga, tidak pernah ada jaksa yang melapor atau berkonsultasi terkait perkara itu."Bagaimana follow up penanganan perkaranya saya tidak tahu," kata dia.

Ritonga pun mendukung penuh langkah Jaksa Agung Basrief Arief untuk menuntaskan persoalan ini."Sampai ke akar dan dalam waktu secepat-cepatnya," kata dia.

Jika ini tidak benar, apa Ritonga akan mengambil langkah hukum? "Tergantung pada hasil pemeriksaan yang dilakukan tim pemeriksaan tim internal dan eksternal," kata dia.

Meski demikian, Ritonga tidak membantah dirinya pernah tahu Haposan. "Saya tahu namanya, tapi tidak tahu orangnya," kata dia. Sedang Gayus, Ritonga mengaku tidak kenal dan tidak pernah bertemu.
Pada persidangan Rabu lalu, Gayus mengakui telah menyerahkan uang untuk dua mantan petinggi kejaksaan itu masing-masing sebesar US$500 ribu dan US$50 ribu. Uang diserahkan melalui pengacaranya, Haposan Hutagalung, terkait dengan keluarnya rencana tuntutan. (umi)
• VIVAnews

sumber : http://showbiz.vivanews.com/news/read/193100-ritonga-siap-diperiksa-dalam-kasus-gayus

Satgas: Uang yang Diterima Gayus Masuk Suap


"Bagi Gayus, yang dimaksud diperbolehkan, karena itu praktik yang lazim di lembaganya".
VIVAnews - Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum menilai pemberian yang dilakukan wajib pajak kepada petugas pajak dapat dikategorikan sebagai praktik suap.

"Itu kan ada undang-undang di situ. Saya pikir mengenai peraturan pemerintah tentang disiplin pegawai negeri, (pemberian) itu termasuk dalam gratifikasi dan bisa dikatakan suap," kata anggota Satgas Mafia Hukum, Mas Ahmad Santosa, usai seminar di STAN, Jakarta, Sabtu 11 Desember 2010.

Mas Ahmad menanggapi pernyataan terdakwa kasus mafia pajak, Gayus yang mengatakan dalam persidangan beberapa waktu lalu bahwa menerima pemberian dari wajib pajak merupakan sesuatu yang diperbolehkan. "Mungkin bagi Gayus, yang dimaksud diperbolehkan, karena itu praktik yang lazim di lembaganya. Tapi, walaupun praktik itu dianggap sesuatu hal yang lazim, bagi saya itu merupakan unlawful," ujarnya.

Direktur STAN, Kusmanaji, menambahkan bahwa tidak ada aturan yang memperbolehkan setiap pegawai negeri menerima pemberian terkait pekerjaannya dari pihak-pihak luar.

"Saya tidak melihat ada aturan yang memperbolehkan. Sumpah pegawai negeri adalah tidak diperbolehkan setiap pegawai negeri menerima pemberian apapun terkait pekerjaannya. Karena pegawai negeri sudah diberikan gaji dan tunjangan," ujar Kusmanaji.

Lalu, apa alasan Gayus bahwa menerima pemberian itu sesuatu yang diperbolehkan? "Bisa saja itu karena lingkungan atau kebiasaan di lingkungan mereka. Tapi, saya tidak mengetahui itu, karena tidak bekerja di lembaga itu," ujar Kusmanaji.

Oleh karena itu, Mas Ahmad Santosa menilai perlu dilakukannya pemeriksaan internal dari Dirjen Pajak untuk membantu tugas kepolisian, kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam mengungkap kasus mafia pajak.
"Di sini juga perlu sinergi pemeriksaan internal dari Dirjen Pajak. Siapa tahu bermanfaat untuk penyelidikan Polri, kejaksaan dan KPK. Dan, saya pikir ini sudah dimulai kerja sama untuk mendapatkan data-data tersebut," ujar Mas Ahmad Santosa.

Peran Satgas? "Kami terus mendorong KPK, kejaksaan, dan polri untuk terus bersinergi. Kalau kami (Satgas) tidak bisa mencampuri untuk memaksa atau melampaui kewenangan lembaga-lembaga tersebut," ujar dia. (art)
• VIVAnews

sumber : http://showbiz.vivanews.com/news/read/193215-ota--uang-yang-diterima-gayus-termasuk-suap

Pengalaman Fadly 'Padi' Melawan Korupsi


"Walaupun itu hanya menyangkut Rp5 ribu, berarti harga diri saya cuma Rp5 ribu."
VIVAnews - Fadly, vokalis grup band Padi, rupanya pernah punya pengalaman terkait dengan perilaku korupsi di birokrasi. Dia menceritakan, lima tahun lalu pernah ditawari jalan pintas dalam membuat paspor.

Pengalamannya ini diceritakan usai mengisi acara Konser Musik Antikorupsi SPEAKFest di Panggung KPJ, Bulungan, Jakarta Selatan, Sabtu 11 Desember 2010. "Waktu itu saya ditawari, mau cepat harganya segini. Nah, kalau jalur normal ya seminggu," ujar Fadly menirukan petugas imigrasi yang menawarinya.

Walau sangat membutuhkan, Fadly tidak menggubris tawaran petugas dan memilih sesuai prosedur. Memang, kata Fadly, uang yang harus dibayarkan jika menempuh jalur cepat nilainya tidak besar. Waktu pembuatan paspornya pun tidak lama, hanya sekitar dua jam.

"Tapi akhirnya saya pilih jalur normal, yang penting saya tidak kasih duit ke dia. Uangnya memang tidak banyak tapi ini menyangkut harga diri," ucapnya.

Berdasarkan pengalamannya ini, dia ingin menyampaikan, bahwa perilaku korupsi dapat menghinggapi siapa saja. Karena itu, pesan sederhananya adalah, "Walaupun itu hanya menyangkut Rp5 ribu untuk menyogok orang, berarti harga diri saya cuma Rp5 ribu," ucapnya.

Dan bagi Fadly, tindakan yang masuk kategori pidana korupsi itu harus diberantas. "Dan itu dimulai dari diri kita sendiri," katanya.

Sumber : http://showbiz.vivanews.com/news/read/193274-pengalaman-fadly--padi--melawan-korupsi

Piyu 'Padi' Berbagi Tips Sukses Lewat Buku


"Semuanya kami mulai dari bawah, termasuk coretan-coretan saya tentang lagu Padi."
VIVAnews - Ternyata menjadi sebuah band besar memerlukan proses perjalanan yang panjang dan tidak mudah dilalui. Seperti yang diungkapkan Piyu 'Padi' dalam bukunya, yang menceritakan seputar suka dukanya selama merintis karir bermusik.

"Saya menulis buku ini untuk dibaca semua masyarakat Indonesia, yang berisi tentang masa lalu dan masa-masa sulit yang dialami Padi pertama kali dikenal dan akhirnya bisa bertahan sampai saat ini," ujar Piyu saat ditemui di Kompas Gramedia Fair, Jakarta Selatan, Rabu 23 Februari 2011.

Buku berjudul 'From The Inside Out, Life Passion Dreams And His Legacy' ini diakui Piyu sebagai hasil kerja kerasnya selama satu tahun dalam menulis. Piyu tidak sendirian, ia turut dibantu dengan salah satu penulis andal yang enggan disebutkan identitasnya.

"Buku ini sudah setahun aku tulis, termasuk perjalanan panjang Padi dan biografi tentang saya. Kami juga memuat foto dan tulisan diary Padi waktu masih susah dan tampil di kampus. Semuanya kami mulai dari bawah, termasuk coretan-coretan saya tentang lagu Padi," kata pemilik nama lengkap Satrio Yudi Wahono itu.
"Untuk peluncuran bukunya bulan Maret nanti. Di dalam buku itu tidak hanya bercerita tentang perjalanan Padi, tetapi juga ada tips bagaimana menjadi band yang baik, tips menjadi produser dan berbagai pesan kehidupan yang pernah saya hadapi sampai saat ini," ujar Piyu.
• VIVAnews

sumber :http://showbiz.vivanews.com/news/read/206164-piyu--padi--curhat-masa-lalu-lewat-buku

Kasus Shabu, Yoyo 'Padi' Dibekuk Mabes Polri


Saat ini, drummer berkepala plontos itu sedang menjalani pemeriksaan.
VIVAnews - Drummer band Padi, Yoyo, dibekuk tim aparat dari Markas Besar Polri. Mantan suami penyanyi Rossa itu ditangkap karena kasus narkoba jenis shabu-shabu.

"Iya benar sekitar pukul dua malam tadi," kata juru bicara Badan Narkotika Nasional (BNN), Dikdik, dalam perbincangan dengan VIVAnews.com, Minggu 27 Februari 2011.

Menurut Dikdik, Yoyo ditangkap di Apartemen Sudirman Park tower B, Jakarta Selatan. "Kamarnya saya lupa," kata dia.

Tim yang membekuk Yoyo tim dari Badan Reserse dan Kriminal Polri Unit II Satuan Narkoba Mabes Polri. Saat ini, drummer berkepala plontos itu sedang menjalani pemeriksaan di Bareskrim Unit II Mabes Polri di gedung BNN, Cawang, Jakarta Timur.

Dikdik melanjutkan, tim yang menangani kasus ini di bawah pimpinan Kepala Unit II yang juga Kepala Satuan Kasus Penindakan dan Pencegahan BNN, Komisaris Besar Polisi Siswandi Adiwinoto. "Sampai saat ini masih menjalani pemeriksaan," ujarnya. (hs)

Jumat, 25 Februari 2011

Test cricket

Test cricket adalah salah satu jenis pertandingan cricket. Nama "Test" berasal dari ide bahwa pertandingan tersebut adalah "test of strength" dari kedua pihak. Istilah ini pertama digunakan untuk pertandingan antara Inggris melawan Australia pada 1861-62.

Pada saat ini 10 tim nasional telah mendapatkan status Test:

  1. Australia (15 Maret 1877)
  2. Inggris (15 Maret 1877)
  3. Afrika Selatan (12 Maret 1889)
  4. Hindia Barat (23 Juni 1928)
  5. Selandia Baru (10 Januari 1930)
  6. India (25 Juni 1932)
  7. Pakistan (16 Oktober 1952)
  8. Sri Lanka (17 Februari 1982)
  9. Zimbabwe (18 Oktober 1992)
  10. Bangladesh (10 November 2000)

Test cricket dimainkan antara dua tim selama 5 hari, 3 kali 2 jam setiap hari. Setiap tim memiliki 11 pemain.

Libya

Libya atau Libia (bahasa Arab: ليبيا, yang diartikan ke dalam bahasa Libya Lībyā atau الجماهيرية العربية الليبية الشعبية الإشتراكية) terletak di Afrika Utara, berbatasan dengan Laut Tengah, Mesir di sebelah timur, Sudan di tenggara, Chad dan Niger di selatan serta Aljazair dan Tunisia di sebelah barat. Ibu kota negaranya adalah Tripoli. Terdapat tiga seksi tradisional, yaituTripolitania, Fezzan, dan Cyrenaica.

Nama "Libya" berasal dari bahasa Mesir "Lebu", sebutan bagi orang-orang Berber yang tinggal di sebelah barat Sungai Nil, dan diadopsi oleh bahasa Yunani sebagai "Libya". Pada zamanYunani kuno, istilah ini memiliki arti yang lebih luas, yang mencakup seluruh Afrika Utara di sebelah barat Mesir, dan kadang ditujukan untuk seluruh benua Afrika.

Semula, Libya adalah sebuah kerajaan yang didirikan pada 24 Desember 1951. Raja Idris Ibertindak sebagai pemimpin pemerintahan. Italia merebut Libya dari Kekaisaran Ottoman(Turki) dan menjadikannya wilayah jajahan. Sebuah negara yang terletak di Afrika Utara dan berbatasan dengan Laut Tengah ini mendapat kemerdekaan setelah Italia menyerah kepadaSekutu dalam Perang Dunia II.

Pendidikan

Penduduk Libya ,1.7 juta diantaranyaadalah pelajar, lebih dari 270.000 di antaranya telah mencapai pendidikan tinggi. Pendidikan di Libya gratis untuk semua warga negara, dan wajib sampai tingkat menengah. Kemampuan baca-tulis Libya tertinggi di Afrika Utara; lebih dari 82% penduduk Libya dapat membaca dan menulis.

Setelah kemerdekaan Libya tahun 1951, universitas pertama, University of Libya, didirikan di kota Benghazi. Sejak tahun 1975 jumlah univeritas di Libya telah bertambah menjadi sembilan dan pada tahun 1980, jumlah lembaga pendidikan teknis dan kejuruan adalah 84 (12 universitas umum).

Pada tahun ajaran 1975/76 jumlah mahasiswa diperkirakan sebanyak 13.418 orang. Pada 2004, jumlah ini meningkat menjadi lebih dari 200.000, dengan 70.000 tambahan terdaftar dalam pendidikan teknis tinggi sektor kejuruan. Peningkatan yang cepat dalam jumlah siswa di sektor pendidikan tinggi tercermin pada peningkatan jumlah lembaga pendidikan tinggi.

Pendidikan di Libya, dana pendidikan tinggi dibiayai oleh anggaran publik . Pada tahun 1998 anggaran nasional yang dialokasikan untuk pendidikan mencapai 38,2%.

Universitas utama di Libya adalah:

[sunting]
Kota Besar

[sunting]
Referensi

  1. ^ Department of Economic and Social Affairs Population Division. "World Population Prospects, Table A.1" (PDF). 2008 revision. United Nations. Diakses pada 12 Maret 2009.
  2. ^ a b c d "Libya". International Monetary Fund. Diakses pada 21 April 2010.
  3. ^ "Human Development Report 2009. Human development index trends: Table G". The United Nations. Diakses pada 10 Oktober 2009.

Constantin Brâncuşi


Constantin Brâncuşi (Romanian pronunciation: [konstanˈtin brɨnˈkuʃʲ]; February 19, 1876 – March 16, 1957) was a Romanian-born sculptor who made his career in France. As a child he displayed an aptitude for carving wooden farm tools. Formal studies took him first to Bucharest, then to Munich, then to the École des Beaux-Arts in Paris. His abstract style emphasizes clean geometrical lines that balance forms inherent in his materials with the symbolic allusions of representational art. Famous Brâncuşi works include the Sleeping Muse (1908), The Kiss (1908), Prometheus (1911), Mademoiselle Pogany (1913), The Newborn (1915), Bird in Space (1919) and The Column of the Infinite (Coloana infinitului), popularly known as The Endless Column (1938). Brâncuşi is considered a pioneer of modernism.
Early years

Brâncuşi grew up in the village of Hobiţa Romania, Gorj, near Târgu Jiu, close to Romania's Carpathian Mountains, an area known for its rich tradition of folk crafts, particularly woodcarving. Geometric patterns of the region are seen in his later works.
His parents Nicolae and Maria Brâncuşi were poor peasants who earned a meager living through back-breaking labor; from the age of seven, Constantin herded the family's flock of sheep. He showed talent for carving objects out of wood, and often ran away from home to escape the bullying of his father and older brothers.
At the age of nine, Brâncuşi left the village to work in the nearest large town. At 11 he went into the service of a grocer in Slatina; and then he became a domestic in a public house in Craiova where he remained for several years. When he was 18, impressed by Brâncuşi's talent for carving, an industrialist entered him in the Craiova School of Arts and Crafts (Şcoala de meserii), where he pursued his love for woodworking, graduating with honors in 1898.[1]
He then enrolled in the Bucharest School of Fine Arts, where he received academic training in sculpture. He worked hard, and quickly distinguished himself as talented. One of his earliest surviving works, under the guidance of his anatomy teacher, Dimitrie Gerota, is a masterfully rendered écorché (statue of a man with skin removed to reveal the muscles underneath) which was exhibited at the Romanian Athenaeum in 1903.[2] Though just an anatomical study, it foreshadowed the sculptor's later efforts to reveal essence rather than merely copy outward appearance.

Working in Paris

In 1903 Brâncuşi traveled to Munich, and from there to Paris. In Paris, he was welcomed by the community of artists and intellectuals brimming with new ideas.[3] He worked for two years in the workshop of Antonin Mercié of the École des Beaux-Arts, and was invited to enter the workshop of Auguste Rodin. Even though he admired the eminent Rodin he left the Rodin studio after only two months, saying, "Nothing can grow under big trees."[1]
After leaving Rodin's workshop, Brâncuşi began developing the revolutionary style for which he is known. His first commissioned work, "The Prayer", was part of a gravestone memorial. It depicts a young woman crossing herself as she kneels, and marks the first step toward abstracted, non-literal representation, and shows his drive to depict "not the outer form but the idea, the essence of things." He also began doing more carving, rather than the method popular with his contemporaries, that of modeling in clay or plaster which would be cast in metal, and by 1908 he worked almost exclusively by carving.

In the following few years he made many versions of "Sleeping Muse" and "The Kiss", further simplifying forms to geometrical and sparse objects.
His works became popular in France, Romania and the United States. Collectors, notably John Quinn, bought his pieces, and reviewers praised his works. In 1913 Brâncuşi's work was displayed at both the Salon des Indépendants and the first exhibition in the U.S. of modern art, the Armory Show.

In 1920 he developed a notorious reputation with the entry of "Princess X" [1] in the Salon. The phallic shape of the piece scandalized the Salon, and despite Brâncuşi's explanation that it was an anonymous portrait, removed it from the exhibition. "Princess X" was revealed to be Princess Marie Bonaparte, direct descendant of the younger brother of Napoleon Bonaparte. Brâncuşi represented or caricatured her life as a large gleaming bronze phallus. This phallus symbolizes the model's obsession with the penis and her lifelong quest to achieve vaginal orgasm, with the help of Sigmund Freud.[citation needed]

Around this time he began crafting the bases for his sculptures with much care and originality because he considered them important to the works themselves.
He began working on the group of sculptures that are known as "Bird in Space" — simple shapes representing a bird in flight. The works are based on his earlier "Măiastra" [2] series. In Romanian folklore the Măiastra is a beautiful golden bird who foretells the future and cures the blind. Over the following 20 years, Brâncuşi would make 20-some versions of "Bird in Space" out of marble or bronze. Photographer Edward Steichen purchased one of the "birds" in 1926 and shipped it to the United States. However, the customs officers did not accept the "bird" as a work of art and placed a duty upon its import as an industrial item. They charged the high tax placed upon raw metals instead of the no tax on art. A trial the next year overturned the assessment.[4][5] Athena Tacha Spear's book, Brâncuşi's Birds, (CAA monographs XXI, NYU Press, New York, 1969), first sorted out the 36 versions and their development, from the early Măiastra, to the Golden Bird of the late teens, to the Bird in Space, which emerged in the early '20s and which Brâncuşi perfected throughout his life.
His work became popular in the U.S., however, and he visited several times during his life. Worldwide fame in 1933 brought him the commission of building a meditation temple in India for Maharajah of Indore, but when Brâncuşi went to India in 1937 to complete the plans and begin construction, the Mahrajah was away and lost interest in the project when he returned.
In 1938, he finished the World War I monument in Târgu-Jiu where he had spent much of his childhood. "Table of Silence", "The Gate of the Kiss", and "Endless Column" commemorate the courage and sacrifice of Romanian civilians who in 1916 fought off a German invasion. The restoration of this ensemble was spearheaded by the World Monuments Fund and was completed in 2004.
The Târgu Jiu ensemble marks the apex of his artistic career. In his remaining 19 years he created less than 15 pieces, mostly reworking earlier themes, and while his fame grew he withdrew. In 1956 Life magazine reported, "Wearing white pajamas and a yellow gnomelike cap, Brâncuşi today hobbles about his studio tenderly caring for and communing with the silent host of fish birds, heads, and endless columns which he created."
Brâncuşi was cared for in his later years by a Romanian refugee couple. He became a French citizen in 1952 in order to make the caregivers his heirs, and to bequeath his studio and its contents to the Musée National d'Art Moderne in Paris

Personal life


Brâncuşi always dressed in the simple ways the Romanian peasants did. His studio was reminiscent of the houses of the peasants from his native region: there was a big slab of rock as a table and a primitive fireplace, similar to those found in traditional houses in his native Oltenia, while the rest of the furniture was made by him out of wood. Brâncuși would cook his own food, traditional Romanian dishes, with which he would treat his guests.[6]
Brâncuşi held a large spectrum of interests, from science to music. He was a good violinist and he would sing old Romanian folk songs, often expressing by them his feelings of homesickness. Nevertheless, he never considered moving back to his native Romania, but he did visit it eight times.[6]
His circle of friends included artists and intellectuals in Paris such as Ezra Pound, Henri Pierre Roché, Guillaume Apollinaire, Pablo Picasso, Man Ray, Marcel Duchamp, Henri Rousseau, and Fernand Léger. He was an old friend of Romany Marie,[7] who was also Romanian, and referred Isamu Noguchi to her café in Greenwich Village.[8] Although surrounded by the Parisian avant-garde, Brâncuși never lost the contact with Romania and had friends from the community of Romanian artists and intellectuals living in Paris, including Benjamin Fondane, George Enescu, Theodor Pallady, Camil Ressu, Nicolae Dărăscu, Panait Istrati, Traian Vuia, Eugène Ionesco, Emil Cioran and Paul Celan.[9]
Brâncuşi held a particular interest in mythology, especially Romanian mythology, folk tales, and traditional art (which also had a strong influence on his works), but he became interested in African and Mediterranean art as well.[10]
A talented handyman, he built his own phonograph, and made most of his furniture, utensils, and doorways. His worldview valued "differentiating the essential from the ephemeral," with Plato, Lao-Tzu, and Milarepa as influences. He was a saint-like idealist and near ascetic, turning his workshop into a place where visitors noted the deep spiritual atmosphere. However, particularly through the 10s and 20s, he was known as a pleasure seeker and merrymaker in his bohemian circle. He enjoyed cigarettes, good wine, and the company of women. He had one child, John Moore, whom he never acknowledged.[1][11]
Death and legacy

He died on March 16, 1957 at the age of 81 leaving 1200 photographs and 215 sculptures. He was buried in the Cimetière du Montparnasse in Paris. Also located in that cemetery are statues carved by Brâncuşi for several fellow artists who died; the best-known of these is "Le Baiser" ("The Kiss").
His works are housed in the Museum of Modern Art (New York), the National Museum of Art of Romania (Bucharest), and the National Gallery of Art (Washington, D.C.), as well as in other major museums around the world. The Philadelphia Museum of Art currently has the largest collection of Brâncuşi sculptures in the United States.
A reconstruction of Brâncuşi's onetime studio in Paris is open to the public. It is close to the Pompidou Centre, in the rue Rambuteau. After being refused by the Romanian Communist government, he bequeathed part of his collection to the French state on condition that his workshop be rebuilt as it was on the day he died.
Brâncuşi was elected posthumously to the Romanian Academy in 1990.[12]
In 2002, a sculpture by Brâncuşi named "Danaide" was sold for $18.1 million, the highest that a sculpture piece had ever sold for at auction.[13] In May 2005, a piece from the "Bird in Space" series broke that record, selling for $27.5 million in a Christie's auction. In the Yves Saint Laurent/Pierre Bergé sale on February 23, 2009, another sculpture of Brâncuşi, "Madame L.R.", was sold for €29.185 million ($37.2 million), setting a new historical record.[14]
In 2011, Google commemorated his 135th birthday with a tribute on their main page.
Brâncuşi on his own work

(French) "Il y a des imbéciles qui définissent mon œuvre comme abstraite, pourtant ce qu'ils qualifient d'abstrait est ce qu'il y a de plus réaliste, ce qui est réel n'est pas l'apparence mais l'idée, l'essence des choses." [15] "There are idiots who define my work as abstract; yet what they call abstract is what is most realistic. What is real is not the appearance, but the idea, the essence of things."
(French) "Ne cherchez pas de mystères; je vous apporte la joie pure."[citation needed] "Don’t look for mysteries; I bring you pure joy."
(Romanian) "Am șlefuit materia pentru a afla linia continuă. Și când am constatat că n‑o pot afla, m‑am oprit; parcă cineva nevăzut mi‑a dat peste mâini." [16] "I ground matter to find the continuous line. And when I realized I could not find it, I stopped, as if an unseen someone had slapped my hands."
(Romanian) "Muncește ca un sclav, poruncește ca un rege, creează ca un zeu."[citation needed]
"Work like a slave; command like a king; create like a god."

Both Bird in Space and Sleeping Muse I are sculptures of animate objects; however, unlike ones from Ancient Greece or Rome, or those from the High Renaissance period, these works of art are more abstract in style.
Bird in Space is a series from the 1920s. One of these, constructed in 1925 using wood, stone, and marble (Richler 178) stands around 72 inches tall and consists of a narrow feather standing erect on a wooden base. Similar models, but made from materials such as bronze, were also produced by Brâncuşi and placed in exhibitions.
Sleeping Muse I has different versions as well; one, from 1909–10, is made of marble and measures 6 ¾ in. in height (Adams 549). This is a model of a head, without a body, with markings to show features such as hair, nose, lips, and closed eyes. In A History of Western Art, Adams says that the sculpture has “an abstract, curvilinear quality and a smooth contour that create an impression of elegance” (549). The qualities which produce the effect can particularly be seen in the shape of the eyes and in the set of the mouth.
Other works

Bust of a boy (1906)
The Prayer (1907)
La Sagesse de la Terre (1908)
Mademoiselle Pogany (1912), Philadelphia Museum of Art
Miss Pogany (1913) drawing, the Botarro Collection
The Kiss. 1916, Philadelphia Museum of Art
Madame L.R. (1914–1918)
A Muse (1917)
Chimera (1918)
Eileen Lane (1922), the Botarro Collection
Bird in Space, 1924, Philadelphia Museum of Art
Portrait of Nancy Cunard (also called Sophisticated Young Lady) (1925–1927)
Le Coq (1935)
In fiction

In the 1988 movie Short Circuit 2, a man walking through an outdoor exhibition speculates that the stationary Johnny 5 robot, who is also admiring the exhibit, is "an early Brâncuşi."
In the 2000 film Mission to Mars, the "Face on Mars" is modeled after Brâncuşi's "Sleeping Muse".
References

^ a b c "Constantin Brâncuşi" at brainjuice.com. (Accessed March 27, 2007.)
^ Brezianu, B.; Geist, S. (1965). "The Beginnings of Brancusi". Art Journal 25 (1): 15–25. doi:10.2307/774863. edit
^ Metropolitan Museum of Art website
^ Force Metal ezine
^ Tomkins, Calvin: Duchamp: A Biography, pages 272, 275, 318. Henry Holt and Company, Inc, 1996.
^ a b Sandqvist, p. 249
^ Robert Shulman. Romany Marie: The Queen of Greenwich Village (pp. 85-86, 109). Louisville: Butler Books, 2006. ISBN 1-88453-274-8.
^ John Haber. "Before Buckyballs". Review of Noguchi Museum's Best of Friends exhibition (2006).
^ Sandqvist, p. 249-250
^ Sandqvist, p. 250
^ "Constantin Brancusi (1876-1957)". Christie's.
^ "Comunicat 06.03.2001 - Anunt an Brancusi (Communique 06.03.2001 - Ad Brancusi Year)". The Romanian Academy. 2001-03-06. Retrieved 2011-02-19.
^ Isabella Geist (2002). "Brancusi's Last Danaide". Forbes.com. Retrieved 2011-02-19.
^ Culturekiosque Staff (2009-02-24). "THE YVES SAINT LAURENT AND PIERRE BERGÉ COLLECTION: A BRUISED BEAU MONDE BINGES". Culturekiosque. Retrieved 2011-02-19.
^ (Romanian) "Sculptura pe Internet". Caiete Silvane magazine. Retrieved 2008-11-01.
^ (Romanian) Vavila Popovici. "Jurnal American - 21 Septembrie, altă zi la New York". Centrul Cultural Pitești. Retrieved 2008-11-01.
Tom Sandqvist, Dada East – The Romanians of Cabaret Voltaire, MIT Press, 2006, ISBN 0-262-19507-0
Adams, Laura S. A History of Western Art. 4th ed. New York: McGraw–Hill, 2005.
Richler, Martha. National Gallery of Art, Washington: A World of Art. London: Scala Books, 1998.

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Constantin_Br%C3%A2ncu%C5%9Fi

Kamis, 24 Februari 2011

Mengagungkan Ulama Apakah Syirik ?

Alam semesta dan segala isinya tiada henti bertasbih siang dan malam kehadirat Nya yang Maha Tunggal dalam keluhuran, Tunggal dalam keabadian, Tunggal dalam kesucian, Tunggal dalam Kesempurnaan, Tunggal dalam Kekuasaan di Hamparan Angkasa Raya dan Penguasa Kekal pada seluruh Alam, Dicipta Nya Jagad Raya dari ketiadaan, dijadikan Nya keturunan Adam as termuliakan sebagai Khalifah dimuka bumi, mereka termuliakan dengan ilmu, Adam as melebihi malaikat karena ia diberi Ilmu oleh Allah swt yang tak diketahui oleh para malaikat, maka diperintahkanlah para malaikat bersujud kepada Adam as karena ia lebih berilmu dari para malaikat, walaupun malaikat tercipta dari cahaya dan Adam as hanyalah dari tanah Lumpur, sebagaimana dijelaskan dalam QS Albaqarah 30:34.

Fahamlah kita bahwa ilmu lah yang membuat para malaikat yang tercipta dari cahaya harus tunduk bersujud dan mengagungkan Adam as yang tercipta dari tanah Lumpur, sebatas sini kita sudah jelas bahwa pengagungan untuk para ulama adalah merupakan perintah Allah swt. Allah swt berfirman : ?BILA KALIAN BERSYUKUR MAKA NISCAYA KUTAMBAHKAN NIKMAT ATAS KALIAN, DAN BILA KALIAN INGKARI NIKMATKU MAKA SUNGGUH SIKSA KU SANGAT PEDIH? (QS Ibrahim 7), fahamlah kita bahwa bersyukur merupakan kewajiban bagi kita, dan tidak bersyukur adalah berhadapan dengan siksa Nya yang pedih.

Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh kenikmatan yang datang kepada kita mestilah melalui perantara, misalnya harta, makanan, minuman dll, mestilah lewat Makhluk Nya, tidak langsung dari Nya tanpa perantara, kita menemukan sebuah hadits mulia, dimana Rasul saw bersabda : ?Belumlah seseorang (dianggap) bersyukur kepada Allah bila ia tak bersyukur kepada orang (yang berjasa padanya)? (Shahih Ibn Hibban hadits no.3407, Sunan Imam Tirmidzi hadits no.1954 dengan sanad hasan shahih, sunan Imam Abu Dawud hadits no.4811). Jelaslah dari hadits ini bila seseorang misalnya mendapat hadiah, rizki, uang, atau lainnya, lalu ia bersyukur kepada Allah, ternyata belumlah sempurna syukurnya itu sebelum ia berterimakasih kepada sang perantara kenikmatan Allah swt.

Kita dituntut untuk bersyukur atas segala kenikmatan, dengan cara bersyukur kepada Allah swt dan berterimakasih kepada perantara kenikmatan Nya itu, sebagaimana kita memahami bahwa sebesar apapun ibadah kita tetap belumlah kita dimuliakan Allah swt sebelum kita berbakti kepada kedua orang tua, karena ayah dan ibu kita adalah perantara atas kehidupan kita. Namun adapulan kenikmatan yang bukan hanya sekedar makan, minum, harta, dll, ada kenikmatan yang jauh lebih luhur, yaitu kenikmatan ibadah, kenikmatan dzikir, yang bila sedang melimpah kenikmatan-kenikmatan ini kepada kita maka akan runtuhlah seluruh kenikmatan duniawi kita, runtuh seluruh kesedihan dan kesempitan kita, semuanya sirna dan tak terasa saat kita tenggelam dalam satu dua kejap bersama cahaya khusyu didalam sujud, atau bibir yang bergetar menyebut Nama Nya dengan ledzat, atau airmata yang mengalir dalam kerinduan pada perjumpaan dengan Yang Maha Indah..

Wahai saudaraku, kenikmatan yang sangat agung ini berkesinambungan dengan kenikmatan yang abadi kelak, dan wajib pula disyukuri, yang bila kita mensyukurinya maka Allah akan menambahnya, dan bila kita tak menyukurinya maka kita dihadapkan pada siksa Nya yang pedih. Ingatlah hadits diatas, bahwa setiap kenikmatan itu ada perantaranya, demikian pula kenikmatan-kenikmatan batin diatas, perantaranya adalah para ulama yang mengajarkan kita shalat, puasa, zakat, dzikir, kemuliaan Allah, keagungan Allah dll yang dengan itulah kita akan sampai kepada sorga. Adakah jasa yang lebih besar pada kita selain jasa guru-guru kita yang membimbing kita kepada Keridhoan Nya?, maka wajiblah kita mengagungkan para ulama dan guru-guru kita, itulah bukti akan bakti kita pada mereka, dan itu merupakan tanda sempurnanya syukur kita kepada Allah..

Sebagaimana Ibn Abbas ra yang memuliakan gurunya, yaitu Zeyd bin Tsabit ra, ia berjalan kaki seraya menuntun kuda Zeyd bin tsabit ra, maka Zeyd ra melarangnya dan Ibn Abbas ra berkata : ?Beginilah kita diperintah untuk memuliakan ulama-ulama kita?, maka turunlah Zeyd bin tsabit ra seraya mengambil tangan kanan Ibn Abbas ra dan menciumnya seraya berkata : "beginilah kita diperintah memuliakan Ahlulbait yang melihatnya? (Faidhul Qadir juz 3 hal.253), bahkan telah berkata sayyidina Ali kw : ?aku adalah budak bagi yang mengajariku satu huruf?, sebagaimana hadits Rasul saw : ?barangsiapa yang mengajari seorang hamba sebuah ayat dari kitabullah maka ia adalah Tuan baginya, maka sepantasnya ia tak menghinakannya dan meremehkannya? (Majmu? zawaid Juz 1 hal 128, Fathul Bari Almasyhur juz 8 hal 248), demikian Rasul saw memerintahkan penghargaan kepada guru-guru kita, demikian pula para sahabat memuliakan guru-guru mereka, maka berbakti kepada guru merupakan tanda syukur kita atas kenikmatan akhirat, kenikmatan shalat, puasa, zakat dll yang dinantikan oleh kebahagiaan nan Abadi.

Sampailah kita kepada puncak pemahaman bahwa berbakti kepada Sayyidina Muhammad saw, sebagai Guru dari semua guru yang membimbing kepada keluhuran, merupakan tanda sempurnanya syukur kita kepada Allah swt, dan Bakti kepada sang Nabi saw, memuliakannya, mengagungkannya, mencintainya, merupakan tanda syukur dan terimakasih kita kepada jasa-jasa beliau saw, yang dengan itulah sempurnanya syukur kita kepada Allah swt, wahai saudaraku, ketahuilah bahwa Sang Nabi saw adalah yang menjaga dan menaungi kita dari musibah api neraka kelak, demikian Allah menjelaskan kepada kita tentang Nabi Nya saw ini, Allah swt berfirman : ?TELAH DATANG PADA KALIAN SEORANG RASUL DARI KELOMPOK KALIAN, SANGAT BERAT BAGINYA APA-APA YANG MENIMPA KALIAN, SANGAT MENJAGA KALIAN, DAN KEPADA ORANG-ORANG MUKMIN SANGAT BERLEMAH LEMBUT? (QS Attaubah 128). Alangkah agungnya manusia yang satu ini, bagaimana Allah swt membanggakan hamba Nya Muhammad saw sebagai hamba yang menjadi pelindung bagi hamba-hamba Nya yang lain. Kini kita temukan puncak dari kesempurnaan syukur kita atas kenikmatan Islam dan Iman, bukan hanya cukup bersyukur kepada Allah swt semata, namun berbakti kepada Nabi kita Muhammad saw lah penyempurna syukur kita, sebagaimana kesaksian tauhid kita pun tak sempurna sebelum kesaksian Muhammad saw sebagai Rasul Allah swt.

Maka timbul pertanyaan dihati kita, bagaimana dengan kelompok yang mengenyampingkan atau bahkan mengatakan musyrik bila kita memuliakan Nabi Muhammad saw??, bukankah ini ajaran Iblis yang memang tak mau sujud pada Adam as yang diberi kelebihan ilmu oleh Allah swt??, sedangkan Nabi saw bukanlah saja makhluk yang paling berilmu dari seluruh makhluk Nya Allah swt, namun beliau saw adalah guru besar kita yang membimbing kita kepada Iman dan islam, barangkali kelompok ini sebentar lagi akan mengatakan bahwa syahadat itu musyrik pula bila menyebut nama Muhammad saw. Mereka ini durhaka terhadap sang Nabi saw, bagaimana pendapat anda bila ada seorang anak yang menolak menghormati ibunya?, mengharamkan penghormatan pada ibu dan ayahnya karena dianggap syirik?, bukankah ini anak yang durhaka?, naudzubillah dari durhaka yang 1000X lebih besar dari durhaka pada ayah dan ibu, yaitu durhaka pada Rasulullah saw, para sahabat radhiyallahu?anhum berebutan air bekas wudhu beliau saw (shahih Bukhari) para sahabat menjadikan air bekas perasan dari baju beliau saw sebagai obat (shahih Bukhari), para sahabat memuliakan sehelai rambut beliau saw setelah beliau wafat (shahih bukhari), para sahabat berebutan rambut beliau saw saat beliau saw dicukur rambutnya saw (shahih bukhari), apakah ini semua musyrik dan kultus?, sungguh.. manakah yang lebih kita ikuti dan panut selain para sahabat radhiyallahu?anhum?, siapakah yang lebih memahami tauhid selain mereka?, adakah makhluk-makhluk sempalan di akhir zaman ini merasa mereka lebih tahu kesucian tauhid daripada sahabat radhiyallahu ?anhum?

Semoga Allah segera mengulurkan hidayah Nya untuk saudara-saudara kita muslimin yang masih buta dari kemuliaan syukur ini. amiiin...

Belajar Tashawuf dengan Thoriqoh (Bag.1)

Sering kita dapati jika ada orang yang membaca atau mendengar istilah “tashawuf” maka dalam fikiran atau benak thariqah-1hatinya muncul suatu negative image, walau sebenarnya dia belum faham betul terhadap seluk beluk dunia itu. Tak pelak memang munculnya negative image tersebut karena dipicu oleh pengkonotasian jika orang – orang yang hidup dalam dunia tashawuf itu adalah orang – orang yang tidak dapat menerima suatu modernitas, fikirannya jumud (beku), pakaiannya dekil, miskin, hidup dalam keterbelakangan, senang dengan dunia mistik dsb. Sungguh jika pandangan tentang tashawuf seperti itu adalah pandangan yang perlu diluruskan.
Sebagian orang memang ada yang mendefinisikan tashawuf sebagai suatu aliran mistisme dalam islam. Tapi bagi yang telah mengerti tentang pokok – pokok ajaran islam, maka yang sebenarnya tashawuf itu adalah nama bagi istilah lain dari ilmu yang mempelajari tentang Ihsan.

Konon munculnya penamaan tersebut karena dahulu orang – orang yang berusaha mempraktekan tuntunan ihsan ini banyak yang memakai jubah wol yang dalam bahasa Arabnya disebut dengan istilah “shuf”. Pemakainya dinamakan “Shufi” dan perbuatannya disebut “Tashawwuf”.

Sebagaimana diketahui bahwa islam mengenal 3 pokok ajaran utama, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Ilmu yang mempelajari tentang Iman kemudian dikenal dengan sebutan Tauhid, Ushuluddin atau Aqidah. Sedang ilmu yang mempelajari tentang Islam disebut dengan Fiqh. Dan ilmu yang mempelajari tentang Ihsan disebut dengan Akhlak, Tashawuf atau Thariqah. Jadi jika merujuk pada hal ini, maka pemahaman yang menyatakan bahwa tashawuf itu adalah sebuah aliran “mistisme” dalam islam jelas amat keliru.

Untuk dapat mempraktekkan Ihsan secara benar dikenal ada dua manhaj yang dapat dipilih sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw. Pertama, berusaha senantiasa melakukan ibadah seolah – olah berada dihadapan Allah Swt. Kedua, berusaha senantiasa melakukan ibadah seolah – olah dilihat oleh Allah Swt. Dan inilah dua manhaj tashawuf yang benar. Jadi apabila ada penerapan tashawuf dengan tidak memakai salah satu diantara dua manhaj ini jelas telah terjadi penyimpangan system. Penyimpangan inilah yang tidak benar bukan tashawuf yang tidak benar. Karena tashawuf (baca ; Ihsan) itu juga mengikuti tuntunan Rasulullah Saw.

Pada prinsipnya tashawuf tidak boleh bertentangan dengan syari’at. Oleh karenanya selain asas yang dipakai, dua manhaj diatas dapat dijadikan sebagai sebuah parameter untuk menilai apakah faham tashawuf yang dijalankan oleh seorang muslim itu benar atau tidak. Jika bertentangan dengan syari’at pasti salah. Dan jika memakai salah satu diantara dua manhaj diatas, insyaallah sesuai dengan syari’at. Bila sesuai dengan syari’at maka itulah tashawuf yang tidak melenceng dari islam.

Memenej hati adalah bidang utama yang digarap dalam tashawuf. Oleh karenanya menurut para ulama ahli tashawuf, dzikir adalah amaliah yang mesti dijalani oleh para pelaku – pelakunya (salik). Karena dengan berdzikir maka seorang salik akan dapat ber-takhalli, tahalli dan tajalli.

Takhalli adalah upaya mengosongkan atau meminimalisir diri seseorang dari perbuatan akhlakul madzmumah (perilaku tercela) seperti dengki, iri, takabur dan beberapa penyakit batin lainnya. Sedangkan Tahalli adalah menghias diri dengan akhlakul mahmudah (perbuatan terpuji). Dan Tajalli yaitu mendekatkan diri pada Allah Swt.

Cara seseorang mengolah dzikir inilah yang dikenal dengan istilah Thariqah. Ada ungkapan tentang hal ini yang terkenal dari Al-Imam Al-Qusyairi yaitu “Al-Ashlu fit Thariq Adz-Dzikru”. Artinya ; substansi pokok dalam thariqah adalah dzikrullah. Oleh karenanya jika anda mendengar istilah Thariqah As-Syzadziliyyah maka seharusnya yang muncul pada pemahaman ialah berarti suatu tunutunan metode berdzikir menurut Al-Imam Abil Hasan As-Syadzili. Thariqah Qadiriyyah berarti cara berdzikir menurut tuntunan Al-Imam Abdul Qadir Al-Jilani. Demikian dan seterusnya. Penamaan metode dzikir itu biasanya dinisbatkan kepada seorang tokoh waliyullah yang terkenal dan telah mengajarkannya kepada murid – murid beliau.

Bagi pandangan ulama ahli tashawuf, upaya seseorang dalam mengosongkan atau meminimalisir dirinya dari perbuatan akhlakul madzmumah itu akan sulit berhasil jika dia tidak melazimkan dirinya dengan dzikrullah. Karena manusia secara kodrati telah diberi oleh Allah Swt dua buah tabiat. Yaitu tabiat Malakutiyyah (tabiat yang mendorong kearah ketaatan kepada perintah ilahi) dan tabiat Hayawaniyyah (tabiat yang mengarah kepada penentangan terhadap tuntunan ilahi). Oleh karenanya agar yang mengisi pada pribadinya adalah tabiat malakutiyyah maka itu adalah sesuatu yang bukan mudah. Dibutuhkan sekali hidayah dari Allah Swt. Dan upaya terbaik mengharapkan naungan hidayah dari Allah Swt adalah dengan jalan dzikrullah lalu istiqomah.

Disebutkan dalam Al-Qur’an ;


Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah (meneguhkan pendirian mereka), maka malaikat rahmat akan turun kepada mereka dengan mengatakan “Janganlah kamu takut dan bersedih. Dan bergembiralah kamu sekalian dengan jannah (surga) yang telah dijanjikan Allah kepadamu“. (AQ. Surat (41) Fushilat, A. 30).

Tashawuf tidak boleh bertentangan dengan syari’at. Oleh karenanya bagi ulama tashawuf muttashil (bersambung)-nya sanad dzikir dari pelaku sampai kepada shahibus syar’i yaitu Rasulullah Saw menjadi dianggap penting dan vital. Karena jika sanad dzikirnya tidak tasalsul (bersambung mata rantainya) sampai kepada Rasulullah Saw maka thariqah yang dijalaninya menjadi batal secara riwayah (batal demi hukum). Dan jika batal maka 3 buah faedah dzikir seperti yang telah disebut diatas tidak akan diperoleh oleh si dzakir (pelaku dzikir). Oleh karenanya jangan heran jika kita melihat ada beberapa orang yang mengaku menjalani thariqah akan tetapi kelakuannya masih buruk akhlak. Hal itu terjadi bukan tidak mungkin karena sanad mereka munqathi’ (terputus) serta tidak shahih, namun mereka mengaku sanadnya muttashil. Untuk itu berhati – hatilah memilih seorang mursyid (guru pembimbing). Lihat dulu backgroundnya, nasabnya, haliahnya dsb. Insyaallah dengan kehati – hatian dalam memilih maka kita akan dapat terminimalisir dari ketergelinciran.


Sumber : http://al-kahfi.net

Belajar Tashawuf dengan Thoriqoh (Bag.2)

Peran penting Imam Thariqah dan Mursyid
Yang dijadikan imam (baca ; panutan) dalam setiap manhaj dzikir adalah seseorang waliyullah yang benar – benar tabahur dalam ilmu syari’at serta hakekat, sebagaimana kedudukan para mujtahid dalam ilmu fiqih. Keadaan ini tentu untuk menjaga agar para muttabi’ (pengikut) tidak salah jalan dalam melakukan ibadah. Perbedaan istinbat (metode hukum) dalam setiap madzhab fiqih jelas akan menghasilkan pula suatu hasil hukum yang berbeda.
Namun itu semua tak mengapa sepanjang dalam koridor Al-Qur’an dan Al-Hadits. Contoh, madzhab Syafi’i yang mengutamakan ijma’ sahabiy sebelum qias, akan berbeda pendapatnya dalam menetapkan basmalahnya Al-Fatihah dalam shalat apakah harus dibaca jahr atau tidak, dengan pendapat madzhab Hanbali yang lebih mendahulukun qias. Syafi’iyyah dan yang sependapat dengannya mengharuskan bacaan jahr sementara Hanbaliyah dan yang sependapat dengannya mengharuskan bacaan sir atau tidak membacanya sama sekali. Perbedaan yang seperti ini terjadi pula dalam dunia tashawuf. Interpretasi zuhud misalnya. Bagi para imam yang memakai manhaj ihsan-nya itu “An ta’budallah Ka_annaka Tarahu” mengartikan zuhud dengan mengosongkan hati dari selain Allah. Sedangkan bagi para imam yang memakai manhaj ihsan-nya “Fainnahu Yaraka” mengartikan zuhud dengan meninggalkan urusan duniawi secara keseluruhan. Para calon salik diperbolehkan memilih untuk mengikuti metode imam thariqah siapa yang paling pas bagi dirinya sebagaimana diperbolehkannya dalam memilih mengikuti salah satu dari para pemuka mujtahid fiqih yang masyhur ke’alimannya.

Agar dzikir seorang salik dapat menghasilkan faedah seperti yang diharapkan, maka taushiah – taushiah dari para imam thariqah masing – masing juga amat penting untuk diperhatikan dan dimengerti. Demikian pula petunjuk dari para Mursyid (guru pembimbing) Thariqah. Karena para mursyid yang sah serta shahih adalah penerus dari para imam thariqah. Dan ini juga untuk menghindari deviasi system yang telah dibangun secara benar oleh para imam thariqah. Karena jika tidak maka bukan hal yang mustahil akan ada metode – metode “nyleneh” yang menyimpang dari islam.

Penulis pernah punya pengalaman ditanya tentang hal – ihwal thariqah oleh seorang dosen UIN Yogyakarta. Beliau adalah alumnus Al-Azhar, Mesir. Secara umum, beliau ini sebelumnya dikenal kurang begitu respect terhadap thariqah. Namun setelah berbincang – bincang dengan penulis maka terjadilah perubahan pandangan beliau terhadap persoalan thariqah. Berikut ini adalah sebagian petikan singkat pembicaraan dengannya.
“Antum menganut thariqah apa?”
Saya jawab, “Thariqah As-Syadziliyyah”
“Apakah pandangan antum tentang thariqah?”
“Dzikrulah. Itulah intinya”
“Dalam Thariqah As-Syadziliyyah dzikir pokok apa yang diamalkan?”
“Ya sesuai dengan surat Muhammad ayat 19 ; Fa’lam Annahu Lailahaillah”
“Kecuali itu adakah selainnya?”
“Tidak ada. Yang ada hanya penyertanya seperti istighfar, tasbih dan shalawat”
“Berapakah ‘adad (bilangan) dzikir yang diwajibkan?”
“Tidak ada”
“Aneh. Belum pernah saya memperoleh jawaban seperti ini dari seorang penganut thariqah”
“Tapi inilah yang saya ketahui dalam thariqah As-Syadziliyyah”
“Saya ingin tahu alasannya”
“Begini, suatu saat ada dua orang meminta dzikir yang diwajibkan kepada Syeikh As_Sayid Abil Hasan As-Syadzili ra. Salah seorang diantaranya berkata, “Berikanlah saya dzikir yang wajib Ya Sayyidi”. Lalu bagaimanakah jawaban beliau? “Apakah aku ini seorang rasul? Hingga harus mewajibkan suatu perkara wajib? Ketahuilah. Yang wajib itu telah masyhur. Dan yang dilarang juga telah ma’lum. Maka laksanakanlah yang wajib dan jauhilah yang dilarang!!”. Begitulah taushiah beliau”
“Subhanallah. Ini adalah thariqatus syar’i. Ini adalah thariqah yang benar. Sungguh terbukalah saya. Ternyata tidak semua thariqah seperti yang ada dalam benak pemikiran saya selama ini”.
“Lalu wirdul ‘am yang diamalkan kedudukannya dalam thariqah ini bagaimana?” Dosen ini bertanya lagi pada penulis.
“Murid atau Salik diminta untuk melazimkan (membiasakan dan merutinkan)-nya minimal tiap sehabis maghrib dan subuh sesuai dengan petunjuk mursyid, tujuannya agar si Salik dapat ber-takhalli, tahalli dan tajalli secara step by step sesuai dengan maratib (tingkatan – tingkatan)-nya masing – masing”

sumber : http://aswaja-nu.blogspot.com/2009/09/belajar-tashawuf-dengan-thoriqoh-bag2.html

Belajar Tashawuf dengan Thoriqoh (Bag.3)

Asas thariqah
Setiap thariqah pasti mempunyai asas. Bagi siapa saja yang hendak masuk suatu jama’ah thariqah maka ada beberapa hal yang harus diketahui dahulu sebelum membulatkan hati untuk mengikuti jama’ah tersebut. Jangan sampai hanya karena iming – iming “sorga” kemudian terlena masuk dalam taklid buta. Diantara hal – hal yang perlu diketahui ialah asas dari thariqah tersebut. Berikut ini adalah asas thariqah As-Syadziliyyah yang penulis ketahui.
1. Al-Qur’an & Al-Hadits
Bagi jama’ah thariqah As-Syadziliyah seluruh ibadah yang dijalani harus dikembalikan kedalam koridor Al-Qur’an dan Al-Hadits. Jika menemukan pertentangan dengan nash qath’i keduanya maka jama’ah thariqah As-Syadziliyah wajib kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits dan meninggalkan hal – hal yang bertentangan dengan keduanya. Diambil contoh sederhana hal yang mungkin dapat terjadi pada diri seorang salik yang kuat dalam berdzikir kemudian dirinya sampai berhasil mencapai maratib (tataran) ru’yatus shadiqah. Ketika si dzakir ini prihatin melihat ada seorang ikhwan yang sakit, kemudian ia memperoleh ru’yah bahwa sakit ikhwannya itu dapat disembuhkan apabila si ikhwan berwudhu dengan air comberan, maka hal tersebut wajib untuk ditinggalkan. Karena apabila hal tersebut dilaksanakan sekalipun mungkin benar dapat tercapai kesembuhan namun perbuatan berwudhu dengan air najis (air comberan) itu adalah hal yang terlarang menurut Al-Qur’an atau Al-Hadits.

2. Tarkul Ma’ashi (Meninggalkan Maksiat)
Dalam kesehariannya, jama’ah As_Syadziliyyah harus meninggalkan perbuatan – perbuatan maksiat. Karena perbuatan maksiat adalah perbuatan yang dilarang oleh syar’i.

3. Fi’lul Wajibat (Mengerjakan kewajiban – kewajiban syari’at)
Menurut thariqah As_Syadziliyyah, jama’ah wajib mengerjakan kewajiban – kewajiban syari’at. Untuk persoalan tehnis fiqh, Syadziliyah tidak mengharuskan bermadzhab pada satu madzhab fiqh tertentu. Namun yang terbaik bagi para murid yang awam sebaiknya mengikuti madzhab fiqh dari guru mursyidnya waktu itu. Dan bagi As-Syadziliyyah tidak menutup kemungkinan dalam setiap generasi madzhab fiqh dari guru mursyidnya akan dapat berbeda dari guru mursyid yang sebelumnya. Hal ini karena As-Syadziliyyah memandang madzhab fiqh itu adalah tehnis ‘ubudiyah bukan ushul ‘ubudiyah. Contoh kecil, jama’ah As-Syadziliyah wajib mengerjakan shalat wajib 5 waktu. Dalam hal ini As-Syadziliyah tidak mempersoalkan apakah jama’ahnya mengikuti madzhab fiqh yang memakai qunut diwaktu shalat subuh atau tidak memakai qunut. Yang penting adalah melaksanakan shalat-nya bukan qunut atau tidaknya.

4. Itaba’us Sunanil Ma’tsurah (Mengikuti Sunnah – sunnah yang ma’tsur)
Sunnah – sunnah Rasulullah Saw itu sangat banyak. Yang meriwayatkan juga banyak. Jama’ah As-Syadziliyah diminta untuk mengutamakan mengikuti sunnah – sunnah Rasulullah Saw yang jelas ada nash haditsnya agar supaya tidak terpeleset dari rel syari’at.

5. Al Jam’u ma’allah Wa ‘adamit Tafarruqah (Senantiasa merasa bersama Allah dan tidak pernah terpisah dari-Nya)
Aplikasi dari asas yang ke-5 ini dalam thariqah As-Syadziliyyah dinamakan istihdhar, yaitu membiasakan dzikir dan fikir dalam setiap keadaan dan situasi apapun. Syadziliyyin juga harus meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan gerak dan diamnya, ucapan serta keinginannya. Dan apapun yang menimpa pada Syadziliyyin baik berupa kebaikan atau kejelekan, manfaat atau madharat, semuanya adalah ciptaan dan takdir Allah Swt.

Oleh karenanya dalam tulisan terdahulu telah kita singgung bahwa wirdul ‘am yang diarahkan ‘adad-nya oleh seorang mursyid As-Syadziliyah pada permulaan murid masuk kedalam jama’ah sifatnya adalah untuk melatih murid agar dapat terbiasa dulu dengan dzikir sehingga murid dapat mencapai tujuan takhalli, tahalli dan tajalli secara steb by step. Adapun porsinya dalam As-Syadziliyah biasanya masing – masing mursyid memberikan petunjuknya secara berbeda – beda. Karena hal ini amat terkait dengan pandangan mursyid terhadap muridnya dan keadaan murid itu sendiri.
sUMBER :http://aswaja-nu.blogspot.com/2009/09/belajar-tashawuf-dengan-thoriqoh-bag3.html

Belajar Tashawuf dengan Thoriqoh (Bag.4)

Dasar sikap jama’ah
Setiap perkumpulan atau jama’ah pasti mempunyai sikap dasar yang harus dimengerti oleh anggotanya. Perlunya agar ketika mereka melangkah, senantiasa tetap dalam frame asas yang dianut. Jika saja suatu organisasi tidak mempunyai tata laksana yang jelas maka besar kemungkinan akan timbul sikap keterlepasan kontrol pada perilaku beberapa individunya. Untuk itu dibawah ini kami sampaikan beberapa dasar sikap dari jama’ah thariqah As-Syadziliyyah.

1. Iltizamut Taqwa Bi Tarkil Muharramat (Menekankan ketakwaan dengan cara meninggalkan perkara – perkara yang dilarang oleh syar’i).
Jama’ah As-Syadziliyyah harus dapat menjaga kewajiban – kewajiban syar’i dengan cara jangan sampai melakukan perbuatan yang melebihi batas serta dapat merusak ibadahnya sendiri. Misalnya saja dengan cara tidak melakukan tindakan suka memaki orang lain serta dengki terhadap selainnya. Karena dua perbuatan itu bersifat merusak. Dan kedua perbuatan tersebut juga jelas – jelas dilarang oleh syar’i. Sikapnya senantiasa ingin terhadap kesungguhan bersama Allah Swt dalam setiap perbuatannya. Syadziliyyin harus mementingkan lebih banyak hal – hal yang tidak dianggap jelek dari sisi kemanusiaan daripada hal – hal yang dianggap negative. Karena langkah yang demkian bagi As-Syadziliyyah tidak akan dapat dilakukan oleh seseorang terkecuali orang tersebut memiliki rasa khaufullah (takut terhadap Allah Swt).
2. Al-‘Amal Bil Asbab (Bekerja dengan beberapa sebab).
Memiliki pekerjaan jelas yang dapat menyempurnakan ketakwaan serta melanggengkannya. Itulah maksudnya. Jadi pekerjaan – pekerjaan yang nampak jelas kesyubhatannya harus dijauhi. Karena pekerjaan yang demikian (nampak kesyubhatannya) tidak akan dapat membawa serta menambah pada derajat ketakwaan seseorang.
3. At-Tayaqudz Limawaridil Asyyai Wa Mashadiriha (Bangkit untuk menunjukkan jalannya berbagai urusan serta sumber – sumbernya).
Syadziliyin harus hidup proaktif terhadap berbagai persoalan hidup. Karena Allah Swt tidak menyukai sikap Amqat (Klemah – klemeh)
4. Suhbatu Ahlil Ma’rifah Wal ‘Ilmi (Bersahabat dengan ahli ma’rifat dan ahli ilmu).
Ahlul Ma’rifat dan Ahlul ‘Ilmi menurut pandangan As-Syadziliyyah dapat melihat beberapa hal yang menjadi kekurangan kita. Dan mereka juga dapat menunjukkan kita kepada jalan menuju Allah Swt yang benar.
5. Mujanabatu Ahlil Ghirrah Wal Aghraz (Menjauhi orang – orang yang suka pada kelengahan dan pembangkangan).
Jama’ah As-Syadziliyah tidak diperkenankan bergaul akrab dengan orang – orang yang tidak mendorong bangkitnya semangat baik tindakan atau ucapan – ucapannya kepada jalan Allah Swt. Pergaulan itu dapat membawa karakter seseorang. Jika salah dalam pergaulan maka dapat saja seseorang berada dalam karakter yang salah.
6. Iltizamul Adab (Menekankan budi pekerti yang baik)
Tashawwuf semuanya adalah adab. Setiap waktu itu ada adabnya. Dan setiap hal itu juga mempunyai adab. Maka barangsiapa yang membiasakan diri dengan adab, dia akan sampai pada derajat Rijal.
7. I’thaul Auqat Haqqaha (Menggunakan waktu pada tempatnya)
Pemanfaatan waktu bagi As-Syadziliyyah dianggap amat penting. Karena waktu itu berjalan. Dan jika telah berlalu maka akan menjadi sulit untuk mengejarnya. As-Syadiliyah tidak respect terhadap perilaku mensia – siakan waktu.
8. Tarkut Takalluf Fil Harakat (Meninggalkan pemaksaan diri dalam setiap gerakan)
Janganlah berlebih – lebihan dalam setiap urusan, sehingga sampai memaksakan diri dengan melebihi kemampuan. Karena takalluf itu dapat membawa hasil yang kurang baik.

Demikianlah sekilas uraian belajar tasawuf dengan thariqah. Sebenarnya masih banyak hal yang perlu diketahui. Akan tetapi karena keterbatasan waktu dan ruang maka untuk sementara kita sudahi dahulu sampai disini. Insyaallah pada lain kesempatan akan kita sambung dengan pembahasan sub – sub materi dalam thariqah.

Penulis : Afifuddin bin Al-Hasani, Pengasuh Thariqah As-Syadziliyyah Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu

Followers